Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kerja Bakti atau Ibadah? Suatu Dilema di Hari Minggu

25 Februari 2025   12:26 Diperbarui: 25 Februari 2025   13:37 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bapak-bapak bekerja bakti | foto: KRAISWAN 

...Hari Minggu, semua hari harinya Tuhan, harinya Tuhan...

***

Di atas adalah penggalan lagu "Hari Ini Harinya Tuhan". Bukan hanya hari Minggu, semua hari adalah harinya Tuhan. Maksudnya? Bukankah ibadah biasanya sekali seminggu, sedang hari lainnya untuk bekerja. Bagaimana semua hari adalah harinya Tuhan...?

Jangankan semua hari, semua yang bernafas pun adalah milik Tuhan. Segala yang melekat dalam hidup kita adalah titipan semata. Jika kita menyalahgunakan hal yang dititipkan itu, Tuhan--Sang Empunya segalanya--bisa mengambilnya kapan saja.

Sabtu malam diadakan pertemuan Bapak-Bapak RT di daerah tempat tinggalku. Agendanya rutin seperti biasa: pembukaan, kata sambutan dari ketua RT, laporan tiap seksi, warna sari, dan penutup. Namun, diumumkan oleh seksi pembangunan bahwa besoknya akan diadakan kerja bakti pukul 07.00 pagi. Bertepatan juga dengan memasuki bulan puasa.

Waduh, padahal aku harus mengantar anak ke Sekolah Minggu (SM) dan  beribadah bersama istri. Bagaimana ini? Lebih penting kerja bakti atau ibadah?

Ibadah bisa setiap minggu, kerja bakti belum tentu sebulan sekali

Sebagai orang Kristen yang taat, yang telah menerima anugerah keselamatan, maka melakukan ibadah menjadi standar hidup yang mesti dilakukan. Sudah diselamatkan, masakan beribadah saja mau bolos.

Namun, ada godaan pemikiran, "Ibadah bisa setiap minggu, kerja bakti belum tentu sebulan sekali." Seolah-olah tidak apa-apa kalau tidak beribadah. Namun, aku dan istri tidak menyerah. Apalagi di gerejaku ibadah diadakan tiga kali, pagi jam 7, jam 9.30, dan sore. Aku segera mengabari istri tentang agenda kerja bakti. Istriku pun memberi solusi. Dia akan mendampingi anak ke SM, supaya aku bisa ikut kerja bakti.  

Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. (Matius 5:14) Bagaimana mau menjadi terang (berkat), kalau waktunya berkumpul dalam kerja bakti saja tidak menyempatkan diri dengan alasan ibadah. Supaya tidak terkesan religius fanatik, aku dan istri sepakat untuk bisa terlibat dalam kegiatan rohani (gereja) maupun kegiatan sosial (di masyarakat).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun