Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #26

30 Mei 2023   13:44 Diperbarui: 30 Mei 2023   13:57 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasangan hidup yang setia dan terus mendukungku | dokumentasi pribadi

Orang yang pernah menderita tak punya pekerjaanlah (jobless) yang paling bisa menghargai perkerjaannya. Yang bisa menjaga motivasi dalam bekerja, yang tak melulu soal rupiah.

Lebih jauh, orang yang mengerjakan dua atau lima talenta yang dipercayakan akan mendapat kepercayaan lebih besar dibanding orang yang dipercaya satu talenta tapi menguburnya. Kuncinya adalah kesetiaan dan ketekunan menjalankan talenta.

Belum cukup dengan aksi membatalkan kontrak kerja di sekolah di Surabaya, meninggalkan murid, guru dan rekan pelayanan di Surabaya. Ternyata Tuhan masih ingin menggembleng Kris.

Bulan Maret 2018, jadwal kunjungan PF (Partnership Fasilitator) ke PPA-ku. Waktu itu aku yang bertugas menjemput ibu PF ini di salah satu hotel ternama di Salatiga. Langit mendung. Gerimis berjatuhan begitu aku memarkirkan motor.

Demi menghindari basah di kepala, aku tetap memakai helm, berlarian kecil menuju lobi hotel. Namun, tiba-tiba aku tersandung besi merah pembatas tempat parkir mobil, lalu terdorong terhuyung-huyung ke depan sejauh sekitar 2-3 meter hampir menghantam tembok.

Firasat apakah ini?

Aku tidak bisa menjaga keseimbangan, antara mau jatuh terjerembab dan terdorong ke depan seperti mau berlari. Akibatnya, jari kakiku sedikit lecet karena membentur besi. Syukurnya memakai helm, bisa melindungi kepala dari benturan. Mungkin Tuhan ingin aku tetap memakai helm untuk menyiapkanku menghadapi skenario ini.

Di teras lorong hotel aku menunggu. Tidak ada tempat duduk untuk tamu, jadi aku tetap berdiri. Beberapa menit aku harus menunggu. Sampai gerimis pamit, ibu PF tak kunjung ke luar. Ini menjadi kesempatan bagiku untuk meredam rasa sakit. Aku merenung serius, ada apa ini?

Jujur, aku jarang mendapat firasat semacam ini. Kata orang tua, kejadian terjatuh/ tersandung bisa menjadi firasat akan terjadi sesuatu yang buruk. Entah bahaya, atak kejadian tak diinginkan. Tapi, bahaya apa? Kejadian macam apa?

Aku pun missed call pada ibu PF. Akhirnya beliau keluar dengan muka pucat. Ia mengenakan pakaian santai. Bukan pakaian semi formal yang menandakan ia siap bekerja. Ia diare, katanya, beberapa kali bolak-balik ke toilet.

Setengah berbisik, ibu ini menyampaikan bahwa kunjungannya kali ini bukan untuk mengevaluasi kinerja di PPA-ku. Melainkan menyampaikan keputusan dari kantor pusat, bahwa kemitraan PPA di gerejaku dengan Compassion diakhiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun