Di sepanjang perjalanan menuju Danau Toba, jalannya berkelok-kelok dan menurun, pemandangannya indah memukau.
Orang Batak tidak suka basa-basi. Meski Kris datang hanya untuk berkenalan, mereka tidak terima. Harus dijelaskan maksud kedatangan, rencana ke depan.
Seorang anak kampung yang disuruh berbicara di depan kelas saja seperti mau kencing rasanya. Kini, menginjak tanah Sumatra, mau menikahi gadis Batak.
Anda sedang menyiapkan pernikahan dengan pasangan? Ingat, 5 roti dan 2 ikan yang Anda punya bisa Tuhan pakai untuk memberi kecukupan.
“Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia…."
Aku bersyukur atas keseluruhan diri Kris. Ia mau mengasihiku atas apa yang aku alami dan rasakan. Aku tahu, semua hanya karena campur tangan Tuhan.
Sejak awal pacaran, kami berkomitmen untuk mengerjakan segala sesuatu berdua. Makan bersama, pergi bersama, biaya dan beban juga ditanggung berdua.
“Bagi orang Batak, pernikahan adat itu harus. Jika tidak akan mempermalukan keluarga dan menjadi gunjingan orang.”
Maret 2019 adalah jadwal Kris mengunjungi Yanti ke Jakarta. Tapi, bagaimana Kris mau berangkat, sedangkan keuangan tidak mendukung.
di waktu hampir bersamaan dua sekolah di Semarang dan Salatiga itu memanggilku. Nah kan, kalau datang berbarengan begini. Aku pun jadi galau.
Kehadiran Yanti sebagai pasangan hidup membuat Kris lebih percaya diri dan optimis menyongsong hari depan. Ada sosok yang bisa diajak berdiskusi.
Delapan tahun kemudian pengembaraan Kris menemui takdirnya. Puji Tuhan, Natal 2018 pertama kalinya Kris dan Yanti bisa merayakannya bersama pacar.
Untuk menebus kesalahan karena meninggalkan Yanti ke Lombok, Kris ingin mampir ke Jakarta. Masalahnya, Kris tidak mendapat gaji sebagai relawan.
Katanya ingin menikah, tapi bukannya segera mencari pekerjaan dan menabung, malah menjadi relawan ke Lombok.
Di tengah perjuangan Kris mencari kerja, harus bisa memaksimalkan waktu untuk terus belajar dengan Yanti. Ini yang kami sebut pacaran berkualitas.
Setengah berbisik, ibu ini menyampaikan bahwa kunjungannya kali ini bukan untuk mengevaluasi kinerja di PPA-ku. Melainkan...
Dalam sambungan telepon petang hari itu, tetiba Yanti menyerang Kris dengan pertanyaan, “Kapan nikah?” Waduh, perasaan baru kemarin aku lulus kuliah.
Kami ingin terbuka sebanyak mungkin, tentang semua hal kepada pasangan. Latar belakang keluarga, kehidupan pribadi, luka di masa lalu dan banyak lagi.
Salah satu komitmen kami dalam berpacaran adalah mencapai pertumbuhan relasi.
Aku mengimani bahwa Tuhan-lah yang membawa Kris ke Bogor. Tidak bisa dijelaskan dengan logika manusia memang. Tuhan menjawab doaku.