Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

PR Tidak Harus Dihapuskan Jika...

1 November 2022   23:45 Diperbarui: 2 November 2022   13:30 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa mengerjakan PR | foto: SHUTTERSTOCK via parents.com

Menurut Yusuf, pola pembelajaran pendalaman karakter ini akan melatih siswa untuk lebih aktif, mandiri dan berani mengungkapkan pendapat untuk menciptakan desain atau rencana pengembangan pengetahuannya. Sebagai seorang guru dan orang tua, bagiku PR berguna bagi siswa jika:

1) Bertujuan untuk pengayaan

Keponakanku kelas 7 SMP, tinggal di desa. Sekolahnya juga masih di daerah kampung, tetangga desa. Seringkali keponakanku bertanya padaku minta diajari mengerjakan PR, biasanya mapel Matematika, Bahasa Indonesia-Jawa-Inggris hingga Prakarya.

Kalau aku pas ke desa (satu desa dengan tempat kelahiranku), aku bisa mengajari langsung. Tapi jika tidak sempat, aku mengajari via chat atau video call. Masalahnya, sering kali keponakan ini menanyakan sesuatu yang sangat umum, Google tahu jawabannya.

Berkali-kali aku menyarankan agar mencari tahu di Google, baru bertanya jika masih tidak mengerti. Dia punya handphone dan paket data serta jaringan yang stabil. Bukan apa-apa, aku kan tidak menghapal semua materi. Tugas yang diberikan gurunya juga model hapalan. Sering kali, materi belum diajarkan tapi sudah diberikan PR. Nah loh...

Jika model PR-nya semacam ini ya sebaiknya dihapuskan saja. Atau gurunya ditegur supaya mengajar yang benar. Materi belum diajarkan kok sudah diberi PR. Lalu tugas guru apa?

Sejak sekitar tiga tahun lalu di Salatiga juga diterapkan kebijakan "Tidak boleh memberi PR", karena terkesan membebani murid, apalagi untuk sekolah yang full day (5 hari/minggu). Meski begitu, murid harus diberi tanggung jawab dalam mengulas materi.

Istilah yang dipakai di sekolahku adalah daily task (tugas harian). Tugas ini bisa dikerjakan di kelas saat pelajaran, bisa juga di rumah namun dengan tempo pengerjaan 2-3 hari. Tugas yang diberikan juga tidak asal. Melainkan penalaran dari materi yang sudah dipelajari.

Tugas yang dikerjakan di rumah memberi kesempatan bagi siswa berinteraksi dengan orang tua atau masyarakat, misalnya tugas wawancara kegiatan ekonomi. Tugas ini tidak berat karena guru memberi petunjuk jelas dan rubrik penilaian. Bukan asal diberi dan pokoknya harus dikerjakan.

2) Diberikan dalam porsi wajar

PR (di sekolahku: daily task) juga harus diberikan dalam porsi wajar, jangan sampai membuat siswa stres. Jika dikerjakan di sekolah, harus bisa sekali kerja selesai. Jika porsinya agak berat, diberi tempo beberapa hari dan berkelompok sehingga bisa bergotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun