Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Baru Dua Minggu Tatap Muka Harus Kembali Online, Harus Bagaimana?

3 Agustus 2022   13:25 Diperbarui: 3 Agustus 2022   13:28 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asiknya melakukan pembelajaran tatap muka | dokumentasi pribadi

Tetap menerapkan prokes

Sebelum dimulai tahun ajaran baru 2022/2023, kami sudah menyampaikan pada orang tua bahwa pembelajaran tatap muka secara penuh (dari pagi sampai sore) harus tetap menerapkan protokol kesehatan. Kasus Covid-19 mulai terkendali, namun pandemi belum berakhir. Semua kemungkinan dapat terjadi.

Untuk meminimalkan risiko, kami tetap menerapkan protokol kesehatan. Mengecek suhu saat tiba di sekolah, mencuci tangan, memakai masker. Jika ada anak yang flu atau batuk, guru akan menindaklanjuti, apakah gejala tersebut disebabkan alergi, dingin ruangan ber-AC, atau memang sakit.

Beberapa anak memang alergi, sensitif terhadap suhu dingin, debu dan panas. Maka, orang tua diminta memberi surat keterangan dari dokter. Supaya jelas jika memang alergi biasa.

Konfirmasi Covid-19 pertama pada pembelajaran tatap muka

Satu hari, salah satu rekan guru heboh. Salah satu orang tua anak lesnya dikabarkan positif Covid-19. Murid ini sudah diswab dan hasilnya negatif. Beberapa hari lalu rekan ini berinteraksi dengan si murid. Sebab sudah didapat hasil negatif, temanku ini enggan diswab. Sakit rasanya (hidung disodok, pen).

Namun, sesuai SOP, temanku mau diswab juga. Sekolah punya alat swab mandiri. Temanku diswab, dibantu seorang rekan. Hasilnya reaktif. Untuk lebih pasti, dia diminta tes di laboratorium. Aku pribadi yakin, tanda positif pada alat tes swab tidak semencekam sebelumnya. Namun tidak boleh menyepelekan.

Keesokan harinya aku menanyakan kabar teman itu. Dia sudah melakukan tes PCR di lab, hasilnya positif. Otomatis harus isolasi di rumah, sedang pembelajaran tatap muka tetap berjalan.

Aku dan teman yang kontak dengan guru ini harus swab. Kami mengundang nakes ke sekolah. Apakah aku takut? Tidak. Cemas? Sedikit. Aku tidak takut kondisi tubuh jika terpapar. Tapi cemas jika harus isolasi, akan membebani guru lain yang akan menggantikanku. Beban moral.

Sekitar 11 orang melakukan swab. Tak lama, hasilnya keluar. Semua negatif, puji Tuhan. Justru ada salah satu murid kelas 5 yang positif. (Kronologinya bagaimana, tidak diceritakan di sini.) Otomatis, mulai esok kelas 5 melakukan pembelajaran daring seminggu ke depan.

Tadi malam salah satu muridku kelas 6 mengirim pesan WA, kedua orang tuanya positif Covid-19. Maka, kelas 6 juga belajar online. Pagi ini sekitar jam 9, datang lagi info anak kelas 1 terpapar Covid-19. Maka semua PBM dilakukan secara online seminggu ke depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun