Segala yang pertama umumnya dinanti, didamba dan yang paling berkesan. Pekerjaan pertama, gaji pertama, naik pesawat pertama kali, pacar pertama, anak pertama, pemenang kompetisi urutan pertama, tak ketinggalan, yang receh, terbang pertama di masa pandemi.
Siapa sangka, keruwetan dimulai sejak menyiapkan dokumen. Sesuatu.
Kalau bukan untuk dasar yang penting, mendesak serta melibatkan orang banyak, saya mikir ulang untuk terbang di masa pandemi ini. Betapa tidak, penularan virus Corona masih meluas. Melakukan penerbangan berarti akan kontak dengan banyak orang tak dikenal, tak dijamin pula apakah mereka atau saya membawa virus atau tidak---meski dengan protokol ketat sekalipun.
Di Salatiga sendiri, tempat saya "merumput", yang konon ayem-tentrem-rahayu, 53 orang dinyatakan positif. (Instagram/ humassetdakotasalatiga diperbarui 21 November 2020) Rekor! Entah dengan kota-kota lain yang lebih besar.
Selain itu, alasan keuangan. Meski bisa memburu diskon, dalam situasi sekarang ini tidak ada sesuatu yang benar-benar pasti selain ketidakpastian itu sendiri. Misalnya, kami sudah memesan tiket pesawat jauh hari sejak Februari supaya dapat harga dan waktu paling klop. Sudah dibayar, terima e-ticket, bisa persiapan yang lain.
Tapi mendadak bin salabim, kurang dari sebulan sebelum berangkat pihak Tiket.com memberitahukan pembatalan sepihak oleh maskapai. Pilihannya adalah pengembalian dana, itu pun dalam bentuk voucher atau ganti jadwal. Bayangkan! Di saat pekerjaan bertumpuk, daftar tetek-bengek belum semua tersentuh, masih direpotkan per-tiket-an ini...
Singkat cerita, setelah melobi sana-sini, jadilah kami menjadwalkan ulang penerbangan, dengan perubahan jam, tanpa perlu penambahan biaya.
Selesai tiket, lanjut urusan rapid tes, salah satu prasyarat melakukan perjalanan dengan pesawat. Berbeda dengan tiket yang dibeli menjelang akhir tahun, pembelian kami di jauh hari tidak mendapat falisitas tes kesehatan. Maka kami harus mendaftar tes secara mandiri.
Dengan informasi teman yang sudah lebih dulu tes, kami putuskan tes di fasilitas kesehatan terdekat, Prodia. "Biayanya Rp. 150.000 kak, daftar lewat aplikasi halodoc", infonya. Ini eranya disrupsi, jadi mendaftarnya lewat aplikasi.