Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Ketika Data Pribadi menjadi Komoditi

12 Juli 2020   17:18 Diperbarui: 12 Juli 2020   19:37 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi data dalam sistem komputer, foto: chasingourfinancialfreedom.com via pinterest.com

Warganet Twitter jengkel karena mendapat SMS spam nomor tak dikenal. Padahal nomornya hanya dipakai internetan, tidak pernah isi pulsa di luar. (kompas.com) Fenomena mengekor dari apa yang baru saja dialami Denny Siregar. Buahnya, ramai tagar #boikotTelkomsel

Data pribadi diketahui orang tanpa persetujuan kita bisa merugikan. Menerima pesan tidak penting dari nomor asing, misalnya. Meski bukan material, kerugiannya berupa ketidaknyamanan. Saya juga sering menerima spam. Bahkan, ibu saya yang hanya menyimpan kontak saya, adik dan satu teman kerjanya, tak lolos dari spam.

Berikutnya, bisa jadi ajang penipuan. Modusnya mengaku saudara jauh, seperti pengalaman saya berikut.

[Halo, selamat pagi | Piye kabare? | Iya baik. Siapa ini? | Lho mosok lali karo sedulur e dewe. Hayo dieling-eling iki suarane sopo? | Oh, Lik Kampret?...] Terintimidasi. Merasa berdosa. Dihipnotis.

Tiga kali saya ditelepon "saudara jauh". Satu kali kena. Lima ratus ribu berwujud transfer pulsa melayang. Saya baru melek saat nomor berbeda dengan pola sama menelepon. Saya heran, dari mana mereka tahu nomor saya?

Di konter pulsa, biasanya kita disuruh menuliskan nomor HP. Entah buat apa. Di konter langganan saya, ada dua penjual. Saya lebih sering diladeni mas A daripada mas B. Oleh mas A, saya cukup bilang nomor dan nominal. Suatu kali dengan mas B, saya harus menulis nomor di kertas. Hadeuh. Otomatis, saya lebih suka bertransaksi dengan mas A.

Banyak SMS spam hadiah uang tunai, pinjaman dana, tawaran agen pulsa, mama minta pulsa. Lebih terlatih, "Kasih tahu ya kalau sudah transfer". Weleh-weleh... Saya kok ragu kalau mereka mengacak nomor. Catatan kita di konter tadi patut dicurigai.

Pesan spam dari nomor asing, gambar: dokpri
Pesan spam dari nomor asing, gambar: dokpri

Dugaan saya diperkuat kesaksian teman. Dia bekerja di kampus swasta di Salatiga, bagian karir dan alumni. Dia menjadi panitia tetap Job Fair kampus, diadakan dua kali setahun. Acaranya gratis. Penyedia kerja komplet, dari sekolah sampai industri. Syaratnya mudah, cuma mengisi data diri.

Nah, oleh teman saya ini diceritakan bahwa temannya, sebutlah Bombom, memegang bank data peserta Job Fair, lalu menjualnya ke lembaga tertentu. Pelanggaran. Kalau dilaporkan, dia bisa tersangka. Bombom adalah representasi manusia tidak bertanggung jawab karena menjual data pribadi orang lain.

Di era digital, data pribadi di tangan yang salah bisa jadi pengabul keinginan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun