Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Berjiwa Patriot di Tengah Pandemi

14 Maret 2020   15:29 Diperbarui: 16 Maret 2020   06:29 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Virus Corona (COVID-19) masih "panas" di jagat berita nasional, bahkan dunia. WHO resmi menetapkan Corona sebagai pandemi. Beberapa daerah yang dianggap "steril" pun tak luput.

Salatiga, kota mungil di Jawa Tengah yang terkenal ayem-tentrem-rahayu, yang selama ini aman harus menyambut "tamu" tak diundang ini. Menurut pantauan kompas.com, seorang WNA dikategorikan sebagai PDP (Pasien Dalam Pengawasan) setelah melakukan wisata ke Bali bersama teman-teman sekolahnya. Belum dijabarkan apakah WNA ini terjangkit virus saat di Bali, dari luar negeri, atau dari daerah lain di dalam negeri. 

Kejadian ini menjadi warning bagi pemerintah Bali yang daerahnya menjadi "sarang" WNA. Pemerintah Kota Salatiga melalui Dinas Kesehatan gerak cepat memeriksa semua peserta wisata, sekolah yang bersangkutan diliburkan.

Meski sudah ditangani, WNA suspect Corona di Salatiga ini barulah awal masalah. Jika ditemukan lebih banyak kasus harus dibuat kebijakan lebih tegas, seperti dilakukan "tetangga"-nya, pemerintah Kota Solo yang memaklumkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Corona. Isinya membatasi aktivitas di ruang publik, termasuk meliburkan kegiatan belajar mengajar jenjang SD/SMP selama dua minggu (kompas.com).

Dari hari ke hari, korban Corona terus bertambah, meski ada yang berhasil sembuh. Rilis pemerintah melahirkan "penyakit" baru bernama panic buying. Alih-alih biologis, "adik dari Corona" ini menyerang pikiran dan mental masyarakat. Kekhawatiran yang tidak pada tempatnya, belanja melebihi kebutuhan---padahal belum lebaran, sampai menimbun barang.

Pemerintah sudah melakukan porsinya dengan menunjuk beberapa rumah sakit rujukan untuk penyakit Corona di 32 provinsi, juga membangun rumah sakit karantina di kepulauan Natuna yang rencananya rampung dalam 20 hari.

Meski begitu, netizen menganggap pemerintah harusnya melakukan lockdown seperti negara-negara lain. Ditambah lagi kebijakan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama justru membuka keran sebesar-besarnya untuk menggenjot pariwisata dalam negeri, yang berarti memperbesar peluang penyebaran Corona.

Masa iya, eks-CEO Net TV ini menempatkan keselamatan nyawa di bawah pertumbuhan ekonomi?

Selain berbagai upaya pemerintah, rupanya ditemukan jiwa patriotisme di antara rakyat Indonesia yang tengah panik. Saat berbagai pusat perbelanjaan menaikkan harga barang kebutuhan karena ketidakseimbangan stok dan permintaan, ada seorang yang menolak tenggelam dalam arus utama.

Dialah Ibu Susanna Indriyanti (57), pemilik toko sembako di Penjaringan, Jakarta Pusat. Dia tidak menaikkan harga, dan tidak melayani pembelian barang berlebih. Ibu Susanna menasihati pembeli yang panik agar membeli kebutuhan seperlunya (kompas.com).

Barang kebutuhan akan selalu ada jika kita membeli sesuai kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun