Kerusakan stadion bukan urusan sepele. Biaya perbaikannya bisa miliaran rupiah. Belum lagi risiko klub dikenai sanksi, pertandingan kandang tanpa penonton, bahkan denda dari federasi sepak bola. Selain itu, citra klub dan suporternya juga bisa jatuh di mata nasional, bahkan internasional.
Dan yang lebih penting lagi: apa yang dilihat anak-anak dan remaja saat ikut menonton? Jangan sampai mereka tumbuh dengan anggapan bahwa merusak itu bagian dari "merayakan."
Saatnya Berubah: Rayakan Tanpa Merusak
Menang itu keren. Merayakan kemenangan itu wajar. Tapi merusak fasilitas? Itu bukan ekspresi, itu perusakan. Saatnya budaya suporter kita naik level. Kita bisa jadi suporter yang kreatif, ekspresif, tapi tetap bertanggung jawab. Nyalakan lagu dukungan, gelar koreografi keren, konvoi tertib semua bisa jadi bentuk perayaan yang beradab dan membanggakan.
Kalau tim bisa juara dengan perjuangan keras di lapangan, maka suporter pun bisa jadi juara dalam menjaga dan merawat warisan sepak bola: stadion yang megah dan aman untuk semua.
Yuk, rayakan kemenangan dengan cara yang benar. Karena cinta sejati itu bukan soal teriak paling keras, tapi soal menjaga apa yang kita cintai. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI