Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Jejak Purba Racauan Peramal di Kuil Dewa Apollo

9 Desember 2021   02:10 Diperbarui: 9 Desember 2021   14:17 2123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung di situs purbakala kuil Dewa Apollo di Delphi, Yunani (Photo by Walentina Waluyanti)

Siapa yang berani mengklaim bisa memberi kepastian tentang masa depan? Bahkan meskipun maut itu adalah suatu kepastian, tetap saja tak seorang pun yang bisa memastikan kapan datangnya.

Untuk menghindari ketakaburan, orang mengenal kalimat, "Manusia merencanakan, Tuhan menentukan". Apa saja bisa terjadi, yang membuat rencana yang diperkirakan pasti terjadi, bisa meleset.

Tetapi manusia tetap ingin menaklukkan sesuatu yang dianggap tak mungkin. Maka manusia pun mencari kepastian itu melalui ramalan. Ilmu pengetahuan modern membuat prediksi yang bersandar pada teori ilmiah. 

Memang ramalan dan prediksi itu tidak menjamin kepastian 100%. Tetapi paling tidak manusia dapat memperoleh kebutuhannya tentang gambaran kepastian di masa depan.

Yang dilakukan manusia ribuan tahun lalu, lain lagi. Pada saat ilmu pengetahuan modern belum lahir, mereka punya cara sendiri untuk memberi kesahihan pada predikasinya.

Manusia ribuan tahun lalu sudah punya kesadaran, bahwa ramalan tentang masa depan harus dilakukan oleh orang yang berkualifikasi, agar ramalan itu bisa dipercaya.

Kuil Dewa Apollo

Demi mendapatkan ramalan dari peramal "berkualifikasi", manusia rela menempuh jarak bermil-mil jauhnya. Mendaki gunung, menuruni lereng dan lembah, di saat belum tercipta sarana transportasi modern seperti sekarang. 

Dan di salah satu tempat itulah saya berada. Saya berkunjung ke situs purbakala di Delphi, Yunani. Tempat ini dinamakan Kuil Dewa Apollo, yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dunia. (Video di bawah ini).

Kuil Dewa Apollo biasa juga disebut Orakel Delphi, terletak di Gunung Parnassus, Yunani.  Ada pro kontra tentang kapan berdirinya kuil ini. Ada perkiraan, kuil ini sudah ada sejak 1400 SM. Tetapi reruntuhan kuil yang terlihat sekarang diperkirakan berasal dari abad ke-4 SM.

Untuk mencapai kuil ini, saya mendaki bukit. Jalannya berbatu-batu dan licin, karena sedang hujan pada saat saya mendaki.

Hamparan reruntuhan terlihat di sepanjang perbukitan di kompleks yang sangat besar dari kuil Dewa Apollo. 

Sejauh mata memandang, terlihat pemandangan spektakuler, lekak-lekuk pegunungan karang di antara hijau pepohonan.

Pemandangan spektakuler ini sangat kontras dengan hamparan luas dari reruntuhan bebatuan dan sisa-sisa pilar kuil. Salah satu pemandangan menakjubkan dari kuil ini adalah gelanggang terbuka (amfiteater).

Gelanggang terbuka di kuil Dewa Apollo (Photo by Walentina Waluyanti)
Gelanggang terbuka di kuil Dewa Apollo (Photo by Walentina Waluyanti)

Kuil Dewa Apollo disebutkan bertahan hingga tahun 390 M. Kuil ini akhirnya hancur akibat penyerangan oleh pasukan Kaisar Romawi, Kaisar Theodosius I yang anti paganisme. 

Selanjutnya perjalanan waktu selama berabad-abad dan gempa bumi membuat Kuil Apollo ini sempat tertimbun. Akhirnya ditemukan dan digali kembali oleh tim arkeologi dari Perancis pada abad ke-19.

Di lokasi reruntuhan, pengunjung bisa membaca papan informasi yang menjelaskan setiap objek penting yang ada. 

Pengunjung memperoleh informasi tentang latar belakang sejarah dari setiap objek yang dilihat.

Saya membaca buku berjudul Grote Geillustreerde Wereldgeschiedenis, yang berisi ulasan tentang Kuil Dewa Apollo ini. 

Penulis buku mengibaratkan bahwa pada zaman Yunani kuno, Kuil Apollo ini sama pentingnya seperti Mekkah bagi umat muslim, atau Roma bagi umat Katolik.

Pada zaman Yunani kuno, tempat ini bahkan juga disinggahi oleh para peziarah dari luar Yunani. 

Kuil Apollo terkenal dengan kalimat bijak yang tertera di kuil, yaitu: "Kenalilah dirimu, "Segala sesuatu ada takarannya", "Hindari berlebih-lebihan".

Puing-puing Kuil Dewa Apollo ini juga menyisakan konstruksi stadion kuno, dikelilingi tempat duduk dari batu. 

Pada zaman Yunani kuno, pertandingan olahraga merupakan bagian dari ritual pemujaan  kepada dewa.

Jejak stadion di kuil Dewa Apollo (Photo by Walentina Waluyanti)
Jejak stadion di kuil Dewa Apollo (Photo by Walentina Waluyanti)
Para peziarah itu datang bukan hanya untuk memuja Dewa Apollo. Menurut mitologi Yunani kuno, kuil ini adalah tempat suci bagi Dewa Apollo, yang juga dikenal sebagai dewa peramal. Oleh karenanya Kuil Dewa Apollo juga pernah menjadi orakel, tempat meramal yang tersohor pada zamannya.

Orakel bisa berarti para pendeta yang mengucapkan ramalan-ramalan yang dipercaya sebagai petunjuk para dewata. 

Dalam pengertian yang lebih luas, orakel juga sering diartikan sebagai tempat para pendeta mengucapkan ramalannya.

Dewa Apollo dikenal juga antara lain sebagai dewa ramalan dan dewa cahaya. Matanya dianggap dapat menembus cahaya, dapat melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh mata manusia. Oleh karenanya Dewa Apollo dipercaya sebagai dewa yang bisa melihat masa depan.

Meracau atau Meramal? 

Ada perbedaan antara orakel di Kuil Dewa Apollo di Delphi dan orakel lainnya di Yunani. Perbedaannya yaitu peramal di Kuil Dewa Apollo adalah pendeta-pendeta wanita yang disebut Pythia. Di orakel lain di tempat lain di Yunani, peramal umumnya pria.

Pythia adalah sebutan untuk pendeta wanita yang juga adalah pendeta tinggi, menjabat sebagai orakel atau peramal.  

Sebelum mengucapkan ramalannya, ada ritual yang harus dijalani oleh Pythia. Ruang tempat meramal terlebih dahulu disucikan pada hari yang disakralkan. Pythia, pendeta wanita yang akan mengucapkan ramalan, sebelumnya harus berpuasa. 

Pythia harus mandi, lalu minum air suci yang mengalir di dekat kuil, yang dipercaya punya kekuatan magis. Juga diadakan persembahan hewan kurban.

Tidak hanya Pythia yang wajib membersihkan diri sebelum meramal. Peziarah juga diwajibkan mandi di mata air jernih yang ada di lokasi kuil.

Saat mengucapkan ramalannya, Pythia digambarkan duduk di kursi tinggi semacam tripod di atas celah di pegunungan. Dipercaya ada celah tertentu di pegunungan yang dianggap sakral, dan menjadi tempat yang tepat untuk bernubuat.

Ilustrasi Pythia, pendeta wanita. (Sumber: World History Encyclopedia)
Ilustrasi Pythia, pendeta wanita. (Sumber: World History Encyclopedia)

Sumber kuno menyebut dua hal bertentangan tentang cara Pythia mengucapkan ramalannya. Ada yang menyebut Pythia meramal dengan suara yang jelas. Tapi ada juga yang menyebut Pythia meracau, seperti berada dalam kondisi trans, tak sadar saat meramal.

Racauannya itu dianggap sebagai wahyu yang diturunkan oleh Dewa Apollo. Kehadiran Dewa ditandai dengan timbulnya bau wangi di sekitar kuil.

Ucapan atau racauan Pythia, lalu dicatat sebagai syair oleh imam yang hadir. Setelah dicatat, syair ini kemudian ditafsirkan. Hasil ucapan ataupun racauan peramal yang dicatat sebagai syair ini, lalu dianggap sebagai nubuat. 

Dari Urusan Jodoh sampai Urusan Politik

Kalaupun ucapan peramal itu disebut meracau, para ilmuwan modern menghubungkannya dengan kemungkinan adanya gas yang keluar dari celah di pegunungan di Kuil Apollo.

Menurut penelitian tahun 2001, pada zaman Yunani kuno di lokasi Kuil Apollo diduga ada konsentrasi tinggi dari gas etilen atau gas lainnya. Jika terhirup uap dari gas tersebut, bisa menimbulkan efek halusinasi.

Bagi ilmuwan modern, racauan peramal itu diduga disebabkan oleh zat-zat tertentu yang kemudian terhirup oleh si peramal. Tetapi pada zamannya, ucapan ramalan itu dipercaya sebagai nubuat dari dewa.

Situs purbakala kuil Dewa Apollo di Delphi, Yunani (Photo by Walentina Waluyanti)
Situs purbakala kuil Dewa Apollo di Delphi, Yunani (Photo by Walentina Waluyanti)

Nubuat itu dianggap sahih, karena Pythia, pendeta wanita yang meramal, dianggap berbicara atas nama dewa. Dan orang yang menafsirkan nubuat itu, dianggap orang yang punya "kompetensi" yaitu para imam kuil. Dengan cara inilah para peziarah memperoleh ramalan-ramalan yang mereka butuhkan.

Bukan hanya masyarakat biasa yang datang ke tempat ini untuk diramal. Akankah panen tahun ini berhasil? Dan pertanyaan lain tentang nasib, keberuntungan dan jodoh.

Juga petinggi politik datang ke Kuil Dewa Apollo ini, untuk mendapatkan gambaran masa depan. 

Cicero (106 SM-43 SM), seorang negarawan dan penulis dari Yunani meninggalkan catatan tentang peran para peramal di kuil Dewa Apollo. Hal ini juga oleh penulis zaman Yunani kuno, seperti Aristoteles, Plato, Sophocles, dan beberapa penulis Yunani terkenal lainnya. 

Dari catatan Cicero, diketahui bahwa peramal-peramal di orakel Delphi atau Kuil Dewa Apollo, mempunyai peranan cukup signifikan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan politik. 

Misalnya ekspedisi yang dilakukan, pengiriman koloni, dan urusan orang-orang penting, semuanya dilakukan berdasarkan ucapan-ucapan ramalan dari pendeta di Kuil Dewa Apollo.

Catatan Cicero itu adalah kondisi ribuan tahun lalu. Dan apa yang dicatat  Cicero tersebut, tidak jauh berbeda dengan kondisi sekarang.

Sekarang ini tak jarang para pemimpin politik juga membuat kebijakan dengan mempertimbangkan prediksi ilmiah yang dibuat oleh para ahli. Tak bisa disangkal, kehidupan modern pun membutuhkan para visioner dengan prediksi-prediksi dari berbagai disiplin ilmu.

Begitu juga dengan ramalan. Setelah ribuan tahun berlalu, hingga kini ramalan tetap  banyak dicari orang, khususnya bagi yang percaya pada ramalan. Terutama pada saat manusia diliputi kebimbangan, kekhawatiran dan ketakutan tentang masa depan.

Penulis: Walentina Waluyanti

Sumber: 

Museum of Delphi
Wikipedia
Buku: Carl Grimberg en Ragnar Svanstrom, 1974, Grote Geillustreerde Wereldgeschiedenis, Amsterdam Boek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun