Mohon tunggu...
Wakidi Kirjo Karsinadi
Wakidi Kirjo Karsinadi Mohon Tunggu... Editor - Aktivis Credit Union dan pegiat literasi

Lahir di sebuah dusun kecil di pegunungan Menoreh di sebuah keluarga petani kecil. Dibesarkan melalui keberuntungan yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan selayaknya. Kini bergelut di dunia Credit Union dan Komunitas Guru Menulis, keduanya bergerak di level perubahan pola pikir.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Komunitas Dusun Padang, Pusat Pemberdayaan Petani Kopi

19 Oktober 2019   22:10 Diperbarui: 22 Oktober 2019   16:05 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Martinus Pasa'ti, seorang Sangayoka (sebutan untuk aktivis anggota kelompok inti CU Sauan Sibarung) dari TP Mengkendek, kelahiran Padang, Toraja, 26 Oktober 1976. 

Aktivis yang selalu meraih predikat Sangayoka terbaik lulusan SMA ini juga menceritakan bagaimana para petani kopi sempat mengabaikan kebun kopinya ketika harga kopi rendah, sekitar Rp10.000 per liter. 

Ketika pamor kopi Toraja mulai naik, aktivis pelayan Gereja yang pernah menjadi sales ini mengajak masyarakat di sekitarnya untuk mulai merawat kebun kopi mereka. 

Kini, setelah dibina, petani di Komunitas Padang dapat menjual kopi arabika kulitan di harga Rp22.000---Rp22.500 per liter dan Rp15.000---Rp16.000 per liter untuk kopi robusta. Untuk arabika green bean bisa mencapai harga Rp80.000 per-liter.

Komunitas Padang merupakan salah satu komunitas basis teritorial CU Sauan Sibarrung yang dibentuk sekitar dua tahun sebelumnya untuk masyarakat di dusun Padang. Dari 137 KK, 107 di antaranya sudah menjadi anggota CU Sauan Sibarrung. Penduduknya adalah para petani.

Mereka menggarap padi, sayuran, cengkeh, panili, kakao, kopi dan juga memelihara babi, kerbau, kambing, dan ayam. Kopi menjadi salah satu komoditi yang paling menonjol di dusun Padang ini. 

Kopi dari daerah ini disebut dengan kopi Parang Padang. Berkat fasilitasi dari CU Sauan Sibarrung, kopi Parang Padang juga sudah sampai ke Jakarta dan diproses serta dikemas menjadi kopi KaaSibarrung.

Martinus Pasa'ti, petani kopi dan pegiat pertanian organik di Komunitas Padang, sedang menunjukkan tanaman kopi jenis typica hasil semaiannya sendiri. | dokpri
Martinus Pasa'ti, petani kopi dan pegiat pertanian organik di Komunitas Padang, sedang menunjukkan tanaman kopi jenis typica hasil semaiannya sendiri. | dokpri
Dengan terbentuknya Komunitas Dusun Padang ini, pembinaan-pembinaan mulai dilakukan oleh CU. Kebetulan di CU Sauan Sibarrung ada beberapa aktivis yang memiliki keahlian dan keterampilan di bidang pertanian termasuk kopi. 

Para petani didampingi dalam hal pemeliharaan tanaman kopi. Tanaman kopi harus disiangi, dipangkas, diberi pupuk organik. Teknik penanganan hama juga diajarkan. Penyiangan dan pemangkasan akan menghindarkan tanaman kopi dari hama lalat imago karena hama ini otomatis akan hilang jika sinar matahari dapat masuk mengenai tanaman.

Petani juga diajari untuk memanen secara benar, yakni hanya memetik buah kopi yang sudah benar-benar matang berwarna merah. 

Biasanya petani memanen kopi secara serentak, baik biji yang sudah merah, setengah merah, maupun yang masih hijau, semuanya dipanen. Mereka tidak mau repot-repot memanen secara bertahap. Buah yang sudah matang akan menjadi bean yang utuh dan penuh dan berwarna cerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun