Mohon tunggu...
Moh Wahyu Syafiul Mubarok
Moh Wahyu Syafiul Mubarok Mohon Tunggu... Part time writer, full time dreamer

No Sacrifices No Victories

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Growth: Mengapa Kita Terobsesi Pertumbuhan

25 Agustus 2025   23:23 Diperbarui: 25 Agustus 2025   23:23 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Pertumbuhan ekonomi adalah ide paling kuat yang pernah ditemukan manusia. Namun, seperti ditulis Daniel Susskind dalam bukunya Growth: A History and a Reckoning, ia juga merupakan ide yang paling sering disalahpahami. Selama berabad-abad, pertumbuhan dianggap sebagai jalan menuju kemakmuran, stabilitas, dan kemajuan. Tetapi di era krisis iklim, ketimpangan, dan disrupsi teknologi, janji lama bahwa "pertumbuhan menyelesaikan segalanya" semakin terasa rapuh. 

Buku ini bukan sekadar sejarah ekonomi, melainkan juga refleksi moral. Dari mana datangnya obsesi kita pada pertumbuhan? Apa yang sudah ia berikan? Dan pertanyaan paling berani: apa jadinya jika pertumbuhan, sebagaimana yang kita kenal, telah mencapai batasnya? 

Sejarah: Dari Kelangkaan Menuju Surplus

Susskind menelusuri sejarah panjang gagasan pertumbuhan. Selama ribuan tahun, kehidupan manusia nyaris tidak berubah. Kaya dan miskin sama-sama hidup dalam siklus kelangkaan. Lalu datang Revolusi Industri, grafik tiba-tiba melonjak, dan ekonomi modern lahir.

Ekonom seperti Adam Smith hingga Keynes menjadikan pertumbuhan bukan lagi kebetulan, melainkan tujuan kebijakan. Pertumbuhan diukur dengan PDB, dijadikan tolok ukur kemajuan, bahkan menjadi semacam "agama sekuler" dalam politik modern.

Namun, sejak awal, pertumbuhan lebih dari sekadar angka. Ia adalah proyek moral: janji bahwa kemiskinan bisa dikurangi, konflik sosial bisa diredam, dan generasi berikutnya akan hidup lebih baik.

Pertanggungjawaban: Saat Pertumbuhan Menyakiti

Kini kita menghadapi paradoks. Pertumbuhan membawa banyak kebaikan, tetapi efek sampingnya makin sulit diabaikan:

  • Ketimpangan: meski kemiskinan global menurun, di banyak negara kekayaan justru makin terkonsentrasi.

  • Krisis Iklim: mengejar pertumbuhan tanpa batas di planet yang terbatas jelas berbenturan dengan realitas ekologis.

  • Kepercayaan Sosial: ketika pertumbuhan melambat, masyarakat terpecah. "Kontrak pertumbuhan", janji bahwa tiap generasi hidup lebih baik, mulai runtuh.

Inilah saatnya melakukan reckoning. Pertumbuhan pernah menyelesaikan masalah, tapi kini justru menciptakan masalah baru yang tidak bisa diselesaikan dengan resep lama.

Pertanyaan Inti

Pertanyaan yang dilontarkan Susskind sederhana tapi radikal: jika pertumbuhan melambat, atau berhenti, apakah masyarakat kita masih bisa bertahan?

Ia menolak ilusi bahwa pertumbuhan bisa terus melaju tanpa konsekuensi, tetapi juga mengkritik pandangan "degrowth" yang naif. Baginya, yang perlu kita lakukan adalah mengubah definisi kemajuan: bukan sekadar berapa banyak yang kita hasilkan, tetapi seberapa baik kita hidup, seberapa berkelanjutan sistem kita, dan seberapa tangguh kita menghadapi guncangan.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

Refleksi: Pertumbuhan sebagai Kecanduan

Membaca buku ini, saya membayangkan pertumbuhan seperti stimulan. Awalnya memberi energi dan optimisme. Tapi lama-lama, efek sampingnya menumpuk. Kita butuh dosis lebih besar untuk hasil yang sama. Dan saat pertumbuhan melambat, muncul "sakau": ketakutan, kemarahan politik, hingga nasionalisme sempit.

Inilah mengapa kita begitu sulit melepaskan diri dari obsesi pertumbuhan. Bukan hanya ekonomi, ini juga psikologi dan budaya.

Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan:

  • Menyajikan sejarah gagasan pertumbuhan dengan jelas dan mudah diikuti.

  • Analisis tajam tentang mengapa pertumbuhan di abad ke-21 makin problematis.

  • Berani mengajukan pertanyaan filosofis, bukan sekadar teknis.

Kelemahan:

  • Lebih banyak diagnosis daripada resep; pembaca yang mencari solusi praktis bisa merasa kurang puas.

  • Beberapa bagian cenderung berulang, menggarisbawahi paradoks yang sama.

Kutipan yang Mengena

"Pertumbuhan ekonomi bukan sekadar fakta ekonomi, melainkan pilihan politik dan komitmen moral."

"Zaman pertumbuhan memberi kita kemakmuran, tapi juga memberi kita kerapuhan. Kita tidak bisa menganggap masa depan akan sama dengan masa lalu."

Kutipan ini menegaskan, pertumbuhan bukan takdir, melainkan cerita yang kita pilih untuk percaya.

Mengapa Perlu Dibaca

Buku ini layak dibaca oleh siapa pun yang ingin memahami mengapa pertumbuhan menjadi "mantra" ekonomi, sekaligus apa yang terjadi ketika mantra itu retak. Ia penting bagi mereka yang peduli pada hubungan antara kemakmuran, ketimpangan, dan krisis iklim.

Tapi jangan berharap pada optimisme instan. Growth adalah buku reflektif yang lebih banyak menggugat daripada menghibur.

Penutup

Growth bukan manifesto anti-pertumbuhan, melainkan ajakan untuk dewasa. Kita terlalu lama menganggap pertumbuhan sebagai sesuatu yang otomatis, abadi, dan selalu baik. Susskind memaksa kita menatap kenyataan: pertumbuhan bisa melambat, bahkan berhenti.

Tantangan abad ke-21 mungkin bukan lagi "bagaimana tumbuh lebih cepat," tetapi bagaimana hidup dengan baik ketika pertumbuhan tak lagi bisa diandalkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun