Mohon tunggu...
Moh Wahyu Syafiul Mubarok
Moh Wahyu Syafiul Mubarok Mohon Tunggu... Part time writer, full time dreamer

No Sacrifices No Victories

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Growth: Mengapa Kita Terobsesi Pertumbuhan

25 Agustus 2025   23:23 Diperbarui: 25 Agustus 2025   23:23 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi pribadi

Kepercayaan Sosial: ketika pertumbuhan melambat, masyarakat terpecah. "Kontrak pertumbuhan", janji bahwa tiap generasi hidup lebih baik, mulai runtuh.

Inilah saatnya melakukan reckoning. Pertumbuhan pernah menyelesaikan masalah, tapi kini justru menciptakan masalah baru yang tidak bisa diselesaikan dengan resep lama.

Pertanyaan Inti

Pertanyaan yang dilontarkan Susskind sederhana tapi radikal: jika pertumbuhan melambat, atau berhenti, apakah masyarakat kita masih bisa bertahan?

Ia menolak ilusi bahwa pertumbuhan bisa terus melaju tanpa konsekuensi, tetapi juga mengkritik pandangan "degrowth" yang naif. Baginya, yang perlu kita lakukan adalah mengubah definisi kemajuan: bukan sekadar berapa banyak yang kita hasilkan, tetapi seberapa baik kita hidup, seberapa berkelanjutan sistem kita, dan seberapa tangguh kita menghadapi guncangan.

Sumber: dokumentasi pribadi
Sumber: dokumentasi pribadi

Refleksi: Pertumbuhan sebagai Kecanduan

Membaca buku ini, saya membayangkan pertumbuhan seperti stimulan. Awalnya memberi energi dan optimisme. Tapi lama-lama, efek sampingnya menumpuk. Kita butuh dosis lebih besar untuk hasil yang sama. Dan saat pertumbuhan melambat, muncul "sakau": ketakutan, kemarahan politik, hingga nasionalisme sempit.

Inilah mengapa kita begitu sulit melepaskan diri dari obsesi pertumbuhan. Bukan hanya ekonomi, ini juga psikologi dan budaya.

Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan:

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Book Selengkapnya
    Lihat Book Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun