Mohon tunggu...
Moh Wahyu Syafiul Mubarok
Moh Wahyu Syafiul Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Part time writer, full time dreamer

No Sacrifices No Victories

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Paradigma Kebijakan IPTEK Kita

1 Oktober 2022   21:25 Diperbarui: 6 Oktober 2022   07:34 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada dua model pembangunan ekonomi berbasis IPTEK yang dikenal dunia. Model iptekin dan Intekip yang tidak bisa terpisah dari paradigma teknologi (Ilustrasi Pixabay)

Pembangunan negara Asia Timur tersebut berawal dari penyempurnaan inovasi (seringkali peniruan kreatif), berlanjut ke penyempurnaan dengan riset untuk invensi teknologi, dan berakhir pada penyempurnaan riset untuk penemuan ilmu-ilmu fundamental.

Produk komersial hasil penyempurnaan tersebut cukup ampuh untuk menembus pasar global, salah satunya akibat harga miring yang bersaing.

Ada perbedaan mendasar antara model pembangunan iptekin di negara-negara Barat dengan model intekip yang diterapkan negara Asia Timur.

Bila di Barat, budaya ilmu pengetahuan mengakar kuat di masyarakat. Sementara di Timur, pembangunan intekip identik dengan ketertinggalan dalam budaya ilmu pengetahuan.

Kata kuncinya ada pada pembelajaran tanpa henti. Negara-negara Asia Timur telah berhasil sampai ke ujung lintasan intekip dan membangun fundamental ekonomi mereka berasaskan ilmu pengetahuan.

Saya jadi teringat dengan salah satu argumen solid dari Yuval Noah Harari di bukunya, Sapiens. Ia menyebut musuh terbesar umat manusia adalah irelevansi.

Ketidakrelevanan tersebut datang lantaran manusia memutus rantai pembelajaran. Akibatnya, segala yang diketahui akan obsolete atau ketinggalan zaman.

Berharga untuk diingat, Indonesia pernah menjajal pembelajan melalui lintasan intekip dan telah berhasil sampai tahap invensi teknologi. Namun, segalanya keburu runtuh gegara krisis moneter 1998.

Paradigma Kebijakan Iptek.

Dengan mendasarkan pada kebutuhan zaman dan realitas pembangunan ekonomi, setidaknya ada lima paradigma yang dikenal.

(1) Dorongan riset dasar di medio 1950-an sampai membawa manusia menginjak bulan, (2) Transfer teknologi pada 1960-an dari negara maju ke negara berkembang, (3) Teknologi tepat guna pada 1970-an melalui adaptasi teknologi barat sesuai kebutuhan lokal, (4) Sistem inovasi tahun 1980-an sampai 1990-an yang menghadirkan interaksi semua aktor terkait inovasi, dan (5) sistem inovasi transformatif dari 2000-sekarang dengan tambahan misi pembangunan berkelanjutan. Sebagai catatan, tidak ada satupun paradigma yang benar-benar relevan, perlu adanya adopsi untuk menyesuaikan kepentingan dan kondisi domestik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun