Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Manusia: Antara Emosional dan Rasional

8 Juli 2022   14:51 Diperbarui: 8 Juli 2022   14:54 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Melanjutkan tulisan sebelumnya (Manusia: Akal dan Iman), bahwa selain akal dan iman, manusia juga memiliki pendekatan dalam menyikapi suatu persoalan. Diantaranya adalah emosional dan rasional.

Semua orang tentu mengenal emosi dan rasionalitas. Keduanya hadir sebagai pelengkap kehidupan manusia. Siapa pun memiliki keduanya dan mampu menggunakan keduanya dalam waktu yang bersamaan. Tentu hal tersebut memerlukan latihan yang konsisten sehingga mampu menghadirkan emosi dan rasionalitas dalam menyikapi problematika.

Pendekatan emosional menjadi suatu cara bagi manusia untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan melibatkan sisi perasaannya. Keputusan yang diambil sangat dipengaruhi oleh suasana, baik zahir maupun batin. Maka dikenal istilah "bawa perasaaan" dikalangan masyarakat luas, khususnya netizen yang sering gelud di dunia maya lantaran persoalan tersebut.

Sedangkan pendekatan rasional menjadi suatu cara bagi manusia untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan melibatkan akal budi, nalar logika atau istilah lain. Keputusan yang diambil lebih objektif daripada pendekatan emosional. Pendekatan rasional lebih mudah diterima akal dan dapat dibuktikan secara ilmiah.

Sebenarnya, kedua pendekatan itu penting dilibatkan dalam setiap masalah atau pun kasus yang sedang dihadapi. Hanya saja, karena satu dan lain hal, banyak orang yang lebih didominasi oleh satu pendekatan dan menggunakannya secara masif dalam satu persoalan. Sehingga keputusan yang dihasilkan terkadang cacat logika atau melukai nurani. 

Baca juga: Ayo Cari Muka!

Contohnya dalam kasus pencurian ayam oleh seorang ayah di sebuah kampung. Bila ditarik dalam ranah rasional, jelas perbuatan tersebut melanggar hukum, baik secara perundang-undangan, hukum agama maupun sosial masyarakat. Apapun alasannya, pencurian adalah perbuatan yang merugikan satu pihak atau lebih. 

Namun, bila ditinjau dari sudut pandang emosional, akan lain cerita. Misalnya, latar belakang pencurian ayam itu terjadi karena anaknya sangat kelaparan, keluarganya tidak punya pekerjaan dan tabungan, rumahnya hampir rubuh dan segala macam kesusahan lainnya.

Jika dilihat dari latar belakang tersebut dan dari sudut pandang emosional, tentu para tetangga, pejabat daerah maupun orang-orang disekitar pencuri tersebut "salah". Sebab, mereka tidak memperhatikan kondisi sosial di lingkungan sekitar.

Satu kasus yang terlihat sederhana saja bisa dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, dan tentu sebab-akibatnya juga berbeda. Lantas, bagaimana jalan tengah untuk kasus yang terlihat saling terbentur oleh dua pandangan ini?

Baca juga: Dilematis Berat

Saya kira, jika kasus ini benar terjadi di masyarakat, dan orang-orang yang ada dalam cerita tersebut benar, maka kasus tersebut akan selesai di meja pak RT.

Maka, kedua pendekatan ini penting dimiliki manusia, sehingga tidak perlu dimatikan salah satu atau keduanya. Justru pendekatan baik emosional maupun rasional harus dikelola dengan baik. Hal itu dilakukan agar seseorang mampu melihat suatu permasalahan dari dua sudut pandang, serta mampu menyelesaikannya dengan baik, bijak dan tepat. Mereka yang berada di lapangan lebih tahu dan lebih paham, pendekatan mana yang harusnya digunakan dalam suatu kasus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun