Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ayo Cari Muka!

5 Juli 2022   12:06 Diperbarui: 5 Juli 2022   12:14 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Manusia itu keluar dari perut emak tanpa mengetahui apapun, lalu diberikan pendengaran, penglihatan dan hati. Tetapi banyak dari manusia yang enggan bersyukur atas proses penciptaannya. 

Mungkin pernyataan diatas sangat familiar didengar. Toh ayat Alquran yang mengatakannya. Manusia itu dengan Tuhannya saja sombong, tidak mau bersyukur, apalagi dengan sesama makhluk. Jauh panggang daripada api.

Dalam kehidupan sosial, banyak sekali problematika yang dihadapi. Kemiskinan, kesulitan pangan, akses pendidikan terbatas, kesehatan terganggu, kesenjangan sosial, serta sensitifitas di masyarakat yang sangat tinggi, menjadikan setiap manusia harus memutar otak untuk bertahan hidup ditengah badai masalah.

Orang-orang sekarang sulit mencari kerja, terlihat banyak sekali berita yang menceritakan para pejuang rupiah mengantri berbaris memegang map coklat di depan sebuah perusahaan. Hal itu semata-mata hanya untuk diterima bekerja dan mendapat gaji tentunya.

Rasa-rasanya tidak adil, kita yang berjuang, tetapi kita juga yang ditindas. Seseorang yang datang tanpa beban, tanpa membawa berbagai problematika hidup, mudah saja mendapatkan kedudukan. Misalnya, si A, dengan mudah menjadi staff ahli disuatu instansi, padahal tidak punya kualifikasi yang cukup. Setelah diteliti, ternyata pamannya adalah pimpinan disana. Hati serasa disayat, karena kita punya kualifikasi, tetapi tidak punya koneksi.

Era sekarang, sepertinya tidak penting apa latar belakang pendidikan. Orang yang berpendidikan tinggi, tidak menjamin kehidupannya aman dan tenteram. Justru orang yang berpendidikan tinggi menjadi momok menakutkan. Akan ada banyak musuh dibalik selimut yang ingin menjatuhkan.

Hal yang paling penting sekarang adalah mencari koneksi yang luas, orang dalam yang memegang peran penting di sebuah perusahaan. Untuk apa? Ya untuk keberlangsungan hidup. Ijazah hanya sebuah lembaran tidak berguna, jika tidak ada orang dalam. Buat apa gelar sepanjang lapangan bola kalau tidak ada kekuatan orang dalam.

Sedari sekarang, mari latih anak-anak untuk mencari muka. Karena dengan hal itu hidup kita akan terjamin dan sejahtera. Bukannya apa, gelar saja tidak akan membuat perut kenyang. Tetapi dengan "muka" tadi, maka hidup akan indah sepanjang masa, itu pun kalau orang dalamnya tidak jatuh ke lubang masalah.

Menutup tulisan ini, ada jalan terbaik untuk mencari muka. Sebaik-baiknya mencari muka, adalah kepada Sang Pencipta. Seberapa pun kekuatan orang dalam yang kita punya, pada akhirnya akan hancur tak bersisa. Yang tinggi akan jatuh, yang kaya akan melarat, yang senang akan susah, jika bertentangan dengan syariat. 

Ingat, hidup ini hanya sekali di dunia, selebihnya adalah masa pertanggungan jawab. Berbuat baik atau diam, adalah pilihan terbaik selama hidup di dunia. Lebih baik hidup senang dengan kebenaran daripada penuh kemewahan tetapi dari hasil menjilat dan mencari muka dengan atasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun