Mohon tunggu...
Wahyu Nanda Sari
Wahyu Nanda Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung Semarang

Mahasiswa Universitas Islam Sultan Agung Semarang | Alumni Kelas Beasiswa Timah Learning Center SMAN 1 Pemali | Duta Anak Kab. Bangka Selatan 2016 | Purna Jambore Nasional X 2016 | Purna Kemah Budaya Nasional VII 2016 | Purna SWBB Nasional 2018 | Purna KEPAKNAS V 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karno & V. Bullwinkel

5 Januari 2023   11:49 Diperbarui: 5 Januari 2023   12:21 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 You know what ? sebenarnya aku juga tidak tahu bahwa kain "CUAL" adalah akronim dari "Celupan Awal". Menarik bukan? Ternyata aku juga baru tahu ini. Kain ini asalnya dari kesultanan Palembang dan pembuatnya ialah para Bangsawan Palembang makanya coraknya sangat mirip dengan kain disana. Singkat cerita kemudian kami diajak mengenal timah, mulai dari sejarah penambangan, sampai macam-macam jenis timah beserta nama kimianya.

Aku punya satu kesan menarik di penghujung pembelajaranku di gedung itu, yakni ruang likuan terakhir yang menceritakan tentang PD II. Aku tertarik dengan salah satu nama yang tercantum disana. Sejarahnya, ruangan itu dibuat khusus untuk menghormati dan mengenang tokoh yang satu ini. Namanya adalah Sister Lt.Vivian Bullwinkel. Tokoh pejuang wanita yang memiliki semangat baja. Beliau memang bukan orang Indonesia, tetapi semangat beliau bisa menjadi teladan untuk para perempuan-perempuan Indonesia bahkan mungkin dunia. 

Vivian Bullwinkel ialah perawat Australia yang pada saat PD II masih dikuasai oleh Jepang, Vivian berlayar dan hendak menyelamatkan orang-orang yang terluka saat perang. Akan tetapi ditengah berlayar kapal para perawat yang salah satunya adalah Vivian dibom dari udara oleh tentara Jepang, dan bersyukurnya vivian dan 21 perawat lain yang selamat segera berenang ke arah Muntok dengan panduan mercesuar di Tanjung Kalian. Sampainya di Muntok, V.Bullwinkel ditangkap kembali oleh tentara Jepang dan dibawa ke pantai Raji untuk berdiri mengahadap ke  laut dan di hukum mati dengan cara ditembak. 

Dewi fortuna kembali menghampiri vivian, ia selamat dari tembakan dan kemudian berenang kerumah-rumah penduduk, tetapi para penduduk takut untuk menyelamatkan vivian. Alhasil vivian pun akhinya dibawa dan diserahkan kembali kepada Jepang dan ditempatkan di camp wanita. Setelah keluar dari camp tersebut, Vivian kembali ke Australia dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya disana. (tragis).

Selang waktu berlalu dengan matahari yang kian memutar tepat di atas sana, sudahlah adzan berkumandang dan kewajiban dilaksanakan, usai itu tujuan selanjutnya ialah bukit yang tinggi yakni pesanggrahan Menumbing. Tinggi sekali, curam, tapi masih sangat asri. Indah nian ciptaan yang kuasa, kalimat yang berulang-ulang terlontar sepanjang perjalanan. 

Decak kagum bergetar berhasil membangkitkan bulu kuduk kami. Berdiri menopang kaki di puncak bukit bersejarah. Yang aku banggakan ialah dulu, kaki karno juga pernah menapak ditempat yang sama denganku. Pak, walaupun mata kita tak pernah saling memandang, tetapi kaki kita pernah berpijak di satu ladang pesanggrahan, lintas waktu dan perubahan tak akan pernah mengecilkan hati kami, engkau, dan mereka untuk terus membangkitkan semangat juang anak-anak perantauan demi proses di masa depan. (impian/angan)

Frekuensi suara udara pun sudah mulai tersamarkan karena ketinggiannya, 270 MDPL adalah angka setengah perjalanan kami, Gazebo 1-7 yang harus kami lewati dengan medan yang memberikan misteri ada apakah didepan sana.  Mitos dan mistis disini sudah mulai telihat walaupun samar-samar. Penduduk Muntok bagaikan aplikasi langsung sarana pencarian  informasi, tak perlu ketik, kuota, dan pulsa untuk mendapat informasi gratis. Inilah tempatnya, penduduk yang memang masih benar-benar menjaga kekayaan moyang. 

Kau tahu ? aku dan ketujuh temanku berada di satu mobil yang akan mengantarkan kami ke puncak Menumbing. Bertemu dengan beliau, salah satu penduduk kota Muntok yang memberi isyarat akan kebenaran mitos dan mistis daerah ini. "Ada mata untuk melihat, dan ada telinga untuk mendengar". Aku faham akan makna tersirat dari kalimat itu, sudahlah ini hubungan antara pencipta dan makhluk ciptaannya, kau dan aku hanya perlu sekadar mengetahuinya dan jangan pernah bermaksud untuk mencampuri urusannnya. (aku sangat tak suka akan hal itu)

Akhirnya aku berhasil menapakkan kaki dan berdiri 445 MDPL. Memasuki ruang liku tempat Karno bersinggah, sejarah usang yang sekarang hanya menjadi kenangan dan berhasil terjamah. Aku berdiri di puncak Menumbing dan bisa dengan leluasa memandang Indahnya Pulau Bangka dari ketinggian, ditemani dengan 4 pasang bendera Merah putih yang tetap berkibar di sudut-sudut tua bangunan tinggi di atas puncak Menumbing. 

Aku bangga, benar-benar bangga dengan sejarah yang tertuang dalam Bangsa-ku, Bangka-ku, dan juga Kisah-ku hari ini. Bolehkah aku meminta untuk memutar kembali sejarah itu ? agar aku dan bangsamu pandai bersyukur atas nikmat Tuhan dan keringat hasil kerja kerasmu demi kemerdekaan kami. (Karno)

Malam masih setia menemani kami menuju langit pemali. (kami kembali) bukan untuk menghentikan mimpi dan sebatas perjalanan yang hanya menjadi omongan dan terpendam dalam diam, (tidak) ini akan menjadi kisah menarik yang tak akan pernah bisa dilupakan atau hanya sebatas secercah bayangan hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun