Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro
Wahyu Kuncoro Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Seorang suami dan ayah 1 anak, tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rudal Scud, Rudal Gaib, dan Kita

30 Mei 2021   20:43 Diperbarui: 30 Mei 2021   21:06 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat postingan atau komentar lawan dirasa menyenggol harkat dan martabat seseorang atau kelompok yang dibela, warganet segera menunjukkan dukungannya. Reaksi akan berlangsung cepat untuk saling berkomentar. Saling memaki tentu bukan hal yang asing. Bahkan, mereka akan saling membuli.

Perang selalu membawa korban. Gempuran selama 11 hari yang dilakukan oleh Israel, merenggut korban jiwa sangat banyak. Ada sedikitnya 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak meninggal. Ini adalah peristiwa kemanusiaan bagi dunia. Bukan sebuah tragedi bagi kaum tertentu.

Tapi, apakah rasa kemanusiaan itu pula yang mendorong warganet kita berseteru? Atau, jangan-jangan hanya karena permasalahan ini dianggap sebagai bagian dari golongan tetentu yang sedang diganggu golongan tertentu lainnya?

Kembali pada cerita taruhan Rudal Scud. Kita bisa melihat sisi lain dari masyarakat yang turut serta dalam peristiwa "perang". Apakah ini guyonan? Mungkin. Saat ini pun, kita juga bisa melacak jenis guyonan dalam bentuk lain. Tentu, yang paling menarik adalah dukungan para dukun. Koalisi 30 dukun yang katanya datang dari berbagai penjuru Indonesia tersebut "menembakkan" rudal gaib ke Israel.

Apakah ini serius? Pengalaman taruhan Rudal Scud menjadi sebuah penanda yang satir sebenarnya. Para penjudi bertaruh demi uang, padahal penderitaan sedang terjadi di tempat rudal dijatuhkan. Taruhan tak lain hanya aktivitas bersenang-senang, mungkin untuk tujuan ekonomis.

Demikian pula apa yang dilakukan para dukun yang menembakkan rudal gaib. Konon kabarnya, ini hanya sebagai video konten untuk dipajang di Youtube. Barangkali ada motovasi ekonomis atau lainnya agar sensasional. Tak ada yang sungguh-sungguh untuk bersimpati menunjukkan solidaritas kemanusiaan.

Hari-hari ini, di medsos, kita bisa semakin bebas bersuara. Tetapi, kita semakin susah memahami penderitaan orang lain dalam kacamata yang lebih pantas: kemanusiaan. Dan, kita memindahkannya dalam kotak yang lebih kecil: politik identitas.

Senjata di babak pertama akan ditembakkan pada babak ketiga. Warganet selalu tak sabar dan berperang terlebih dulu atas nama agama. Perilaku dukung-mendukung kita sebatas menunjukkan bahwa kita adalah warganet yang pandai bertengkar, yang semakin jauh dari keberpihakan kepada kemanusiaan.

Kita menjadi tidak serius berempati seperti penjudi yang bertaruh soal Rudal Scud dan koalisi dukun yang mengirim Rudal Gaib. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun