Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Di Bawah Bayang-bayang Gelar Sarjana

19 April 2024   02:03 Diperbarui: 19 April 2024   02:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest / Mario chaves

Bayang-bayang sarjana itu menakutkan bagi sebagian. Mereka rela mati demi idealis mereka semasa duduk di bangku perkuliahan, namun seketika membawanya dalam dunia nyata selesai pendidikan itu. Linglung, jelas adalah ratapan pertama mereka setelah tahu, perbedaan besar dunia yang mereka tinggali dengan dunia yang mereka fikirkan.

Pada suatu hari. Dikisahkan seorang manusia bersemangat untuk mengejar mimpi, bahkan katanya ia sudah melewati negara api. Melewati rintangan yang begitu berat, katanya. Sehingga, pada suatu titik, seorang yang bersemangat tinggi itu mulai di uji dengan ujian berat, bahkan beratnya tidak ternilai ukuranya. 

Ini adalah personifikasi kalimat untuk mengungkapkan cerita lirih para mahasiswa semester akhir. Mereka yang siap dan mungkin saja matang untuk menghadapi dunia ini, dengan bekal pendidikan pengetahuan formal yang didapatkan. Mereka siap dengan perang pengetahuan, memenangkan dunia yang di tempati. 

Namun semua pernyataan kehidupan semuanya mudah, bahkan menulis inipun tidak tentu sulit pula. Pada katanya, semua kalimat akan tertulis jelas, sejelas jelasnya dengan berbagai keindahannya. 

Namun, bagaimana dengan kenyataanya? Bagaimana dengan kehidupan mahasiswa yang idealis, kemudian di tantang dengan persiapan akhir, namun apakah mereka tak memilih untuk menyerah karena pesimis?. Tentu ini adalah bagian ironi yang sejatinya melekat kuat pada mahasiswa hari ini. 

Terbawa arus idealis yang kompleks, tidak mengatakan "dengan usaha kuat dan sebiasanya menyelesaikan", malah memilih mengatakan "Saya mengatakan ini, dan kekeh akan mengatakan ini" Tanpa melihat dunianya sendiri. Mahasiswa memang sebagian akan menjadi plato semasanya, akan selalu memilih untuk pilihan perfeks dibalik pilihan rasional logis yang lainnya. 

Mahasiswa akan selalu saja di uji dengan kehebatan dan kesempurnaan, sehingga ketika mereka menghadapi tantangan dunia, mereka memecahkan dengan kesempurnaan yang di pelajari, bukan solusi yang paling alternatif untuk dipakai. 

Namun pancaran kehebatan seorang mahasiswa akan mulai sirna ketika mereka sudah mendapatkan gelarnya. Tepat ketika mereka sudah siap di wisudakan. Mereka akan menjadi manusia biasa, namun kembali lagi. Pilihan atas kehebatan dari kesempurnaan adalah pilihan  berat, terkecuali ada fasilitas yang memberikan dukungannya. 

Ketika mereka sudah menyelesaikan perkuliahan, dan waktunya mendapatkan gelar. Waktu dan ruang mereka kemudian terbagi menjadi tujuan hidup. Mereka sangat jarang memikirkan idea plato lagi, yang mereka sembah ketika berkuliah. Tidak lagi duduk ngopi sambil diskusi soal eksistensi, essensi, nihilism, eksoterisme, tarekat, pemerintahan, dan lain nya. 

Perbincangan mereka mulai berhijrah pada "apakah ada lowongan disitu? " Atau bahkan "makan apa besok kalo gak kerja", maupun pernyataan dalam hati berbisik " Kalau lulus gini, bingung kerja apa ya".

Hantu hantu pertanyaan itu menghampiri alumni mahasiswa sebagiannya, dan sebagian lagi berbahagia karena privilege dan keberuntungan nya. Ada jalan hidup yang sulit di tebak, jalan itu tidak berliku, namun arah pandangannya sulit sampai. Para mahasiswa yang telah lulus pun begitu, mereka mulai dibayang-bayangi banyak pertanyaan dan realitas dunia yang di rasakan. Dari soal makan, tempat tinggal sampai persoalan hubungan yang tidak jelas arah da  tujuan.

Bayang-bayang ketakutan itu tidak semua dirasakan, tapi menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang-orang yang lulus dalam dunia perkuliahan. Jika di rasa, lulus sekolah menengah dan tidak bisa apa apa adalah sesuatu yang mengecewakan. Lantas, bagaimana dengan lulusan sarjana yang menghabiskan banyak tenaga, uang dan waktu. Namun tidak bisa apa-apa. 

Apa guna menjadi idealis semasa perkuliahan, namun ketika lulus saja untuk makan pun bingung mencarinya seperti apa. Kadang-kadang tidak semua mahasiswa yang telah menyelesaikan titah pendidikan mereka, memilih gengsi dan melupakan makan. Mereka rela menahan lapar untuk menahan diri untuk tidak bekerja serabutan. Karena keegoisan dan angkuhnya mereka, ditakutkan dengan bayang-bayang sarjana, mereka tidak berani bekerja dengan upah puluhan ribu per hari sebagai buruh kerja. 

Bayang-bayang sarjana itu menakutkan bagi sebagian. Mereka rela mati demi idealis mereka semasa duduk di bangku perkuliahan, namun seketika membawanya dalam dunia nyata selesai pendidikan itu. Linglung, jelas adalah ratapan pertama mereka setelah tahu, perbedaan besar dunia yang mereka tinggali dengan dunia yang mereka fikirkan.

Mahasiswa itu adalah orang-orang yang berfikir besar dan bertindak serealitasnya. Tentu tidak bisa di salahkan atas semuanya. Karena teori yang dipelajari sebagai ilmu pengetahuan menerapkan jawaban bahwa dunia selalu menjadi contoh dalam kehidupan, padahal dunia sejauh diketahui satu-satunya tempat tinggal dan satu-satunya tempat kehidupan yang di ketahui. 

Teori itu sempurna dipakai untuk dunia, namun di dalam nya akan selalu menjadi pembedsa besar, karena setiap sisi hidup selalu dipertanyakan dan dijawab dengan versi setiap orang, bahkan hal sama terjadi dalam tindakan. Dan akhirnya, semua akan selalu berbeda pada pilihan, yang idealis akan menjadi fikiran teoritis, dan tindakan akan menjadi putusan real paling mungkin untuk dinikmati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun