Mohon tunggu...
WAHYU TRISNO AJI
WAHYU TRISNO AJI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Selamat datang. Dalam pemikiran sebebas mungkin dalam ruang prespektif bahasa. Yang dimana sejalan dengan rasio dan empirik yang kritik. Mari berkontribusi untuk mengkonstruksi paradigma berfikir menjadi lebih ambivelensi terhadap kehidupan yang penuh jawaban yang bercabang

Selalu sehat para kaum berfikir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjenguk Sekolah yang Sakit: Penelitian ke Sekolah Primordial

11 September 2022   19:13 Diperbarui: 11 September 2022   23:26 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sekolah tempat manusia menurut ilmu, mendewasakan diri, dan menjadi manusia itu sendiri" Wahyu trisno aji

Catatan kecil ini Dimunculkan dari pengalaman penulis didalam menjalani Praktikum disalah satu instansi pendidikan. Tempat praktik itu sendiri merupakan salah satu instansi pendidikan yang  terlalu fanatik pada agama, ideologis tertentu.  sekolah ini sendiri berdiri pada daerah yang menggangap eksistensi sekolah tersebut banyak catatan yang bisa dibilang pernah bermasalah pada masyarakat didareh tersebut, tepatnya instansi pendidikan berinisial (AA) ini sendiri merupakan instansi pendidikan yang berdiri dengan ideologis minoritas.  

Eksistensi sekolah itu menerapkan ajaran-ajaran sesuai dengan kaidah yang dipercayai, malahan terlalu percaya hingga acuh tak acuh pada selain dirinya. Mereka lebih cenderung mempercayai keoriginalan (anggapan) yang menurut nya paling benar, dan terkadang sindiran dilontarkan pada yang berkontra pada kepercayaan dan ideologi yang di anutnya, penulis sendiri menyebut instansi pendidikan ini sendiri sebagai "sekolah primordial" Istilah ini berdasarkan dari pengalaman penulis melakukan penelitian disana(walaupun ujungnya tidak dilakukan, alasannya akan dijelaskan pada kalimat Selanjutnya). 

IDENTITAS SEKOLAH PRIMORDIAL 

sekolah yang baik adalah sekolah yang mencapai tujuan mulianya, yakni mencerdaskan ummat. Namun demikian banyak sekali tujuan turunan lain dari sekolah itu sendiri tampil bagaikan mengalienasi tujuan sebenarnya dari sekolah itu sendiri. Kadang eksistensi sekolah tersebut mulai menghadirkan dogma yang harus diwajibkan dilakukan (baik dengan sukarela hingga dilakukan dengan pemaksaan) . Sehingga para pelajar dipaksa untuk berkepercayaan dan berideologi yang di anut sekolah dan dipaksakan untuk mentaati aturan dalam sekolah yang memiliki makna irrasional didalamnyadidalamnya (artinya sekolah ini sendiri memutlakan kebenaran) 

Hal demikian disebutkan sebagai sekolah primordial. Sebab terlalu membudidayakan kegiatan fanatisme. Kata "fanatisme" berasal dari etimologis fanatik yang artinya seseorang yang menunjukkan antusiasme/partisipasi berlebihan dan pengabdian tidak kritis yang intens terhadap beberapa masalah kontroversial seperti misalnya dalam agama atau politik. Kegiatan fanatisme ini sendiri mendorong manusia bertindak berdasarkan asas asas tradisional, namun mereka mengambil nya secara instan tanpa mencari tahu sedalam mungkin maknanya. 

Orang-orang fanatik yakin bahwa merasakan diri mereka unggul dan melayani tujuan yang benar dan bahwa segala cara dibenarkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian fanatisme menciptakan makna primordial yang terlalu tekstual. Inilah yang terjadi pada sekolah yang disebut penulis sebagai sekolah primordial ini sendiri. Sekolah yang taat pada ideologi agama, norma, ataupun budaya tertentu tanpa terbuka melihat pandangan lainnya, sebab sejak awal pakaian yang digunakan adalah pakaian fanatismenya. 

Mereka (sekolah primordial) ini sendiri takut akan perubahan yang dianggap menghapuskan nilai murni/essensi dari ajaran yang sebener nya (anggapan yang memicu konflik pada masyarakat yang melihat nya) . Pandangan terlalu konservatif membuat nya menjadi tertutup pada ruang lingkup publik, atau malahan tidak menerima perbedaan. Sebab sejak awal doktrin yang dibuat dan dijadikan undang undang utama yakni dogma yang harus di patuhi. 

Sekolah primordial merasa bahwa wujud eksistensi yang paling awal lah yang dianggap benar. Memang hal tersebut tidak bisa dipungkiri, namun peradaban zaman terus berkembang. Pastinya perubahan pula terjadi dan sekolah perlu menyesuaikan diri dengan zaman tersebut, namun sekolah primordial tidak berpandangan seperti itu. Mereka lebih mentaati praturan lama dan menggangap aturan yang lain ataupun aturan baru tidak pantas untuk dibenarkan. Karena mereka (asumsi) menggangap perubahan itu merupakan tindakan yang menyimpang. 

Pandangan seperti ini lah terlihat pada peneliti an yang dilakukan oleh penulis disalah satu sekolah yang dianggap sebagai salah satu sekolah primordial. Sebab sekolah tersebut sudah bisa dikatakan membudidayakan fanatisme dan tidak menerima perbedaan. Walaupun mereka menggunakan hasil peradaban, namun tidak mengakui itu sebagai kebenaran. Tetapi mereka menggunakan dalil/kaidah yang konservatif untuk membela. 

Alasan mereka terkadang tidak logis, seperti mereka menggunakan pandangan zaman dahulu untuk sama dengan sekarang, Namun sisi lain mereka menggunakan sisi baru dan melupakan zaman dahulu. Namun nihil mereka tetap dipegang sebagai alasan paling benar, tatkala demikian, publik secara tidak langsung menilai perilaku nya sebagai paradoks. 

Hal ini dibuktikan ketika sekolah tempat penelitian dari penulis dilarang untuk melakukan kegiatan seperti berfoto, memakai pakaian tertutup semua bagi Laki-laki maupun perempuan(seperti nya diharuskan memakai pakaian tertutup semua) dan lainn sebagai nya

 penulis dan teman lainnya ingin melakukan penelitian di tempat sekolah primordial tersebut (sekolah yang terlalu tertutup). Sekolah itu sendiri secara pesimisme menerima surat praktikum tersebut, hasilnya sekolah itu sendiri tidak mengizinkan penulis untuk melakukan kegiatan penelitian di sana. Hal tersebut dialaskan tanpa jawaban yang masuk akal (mereka diam, dan itulah jawaban). Oleh karena itu. Tidak bisa dipungkiri ciri khas dan judge sekolah primordial ini eksis didalam nya. Ciri khas dari sekolah yang tertutup, juga sukar menerima perbedaan menepatkan Jawaban dari justifikasi bahwa sekolah yang didatangi oleh penulis waktu itu merupakan sekolah yang pantas disebut sekolah primordial (inisial sekolah AA). 

BAGAIMANA SEKOLAH PRIMORDIAL DILAWAN

rasanya kekecewaan hingga kepenasaranan mulai muncul ketika penolakan atas kegiatan penelitian. Ada hal hal tertentu yang ditakutkan untuk dijawab. Padahal dengan dilakukan penelitian di sekolah tersebut, besar kemungkinan sekolah itu mencitrakan nama baiknya. Namun nyatanya sekolah yang ditujukan sebagai tempat penelitian, ternyata tak bisa di lakukan, Memilih menolak dilakukan penelitian tanpa alasan, (malahan chat whatsapp pun tak dibalas, info mengenai boleh atau tidak pun tidak dikabarkan. Memilih diam saja sebagai penolakan, hingga perkataan dari salah satu penjaga sebagai bukti pembenaran). 

Ketakutan sejak awal dalam raut penjaga dan para staf saat itu menggambarkan bahwa sekolah primordial yang di tuju penulis waktu itu memiliki rahasia besar yang takut di ungkapkan ke dalam ruang akademik/publik. Sekolah tersebut memilih untuk tidak menjamu penulis dalam niat baiknya dengan alasan tidak beralasan. Dengan kata lain mereka menolak untuk dilakukan penelitian sekolah tersebut tanpa jawaban. Jikapun jawaban didapatkan, itu secara implisit didapatkan dari penjaga sekolah primordial yang waktu itu menguji mentalitas penulis dan teman teman nya. 

Rasanya sudah jelas sekolah primordial terpanpang Pada sekolah tujuan praktikum penulis. Mereka(sekolah) tidak terbuka pada publik, namun hanya berani berkoar-koar pada ruang komunal/organisasi/instansi nya saja(hal ini dibuktikan dengan banyak klaim pembenaran pada ruang kelompoknya saja, dengan kata lain sifat persuasif hanya di letakkan pada golongan mereka yang sudah percaya saja, namun takut untuk berkata pada ruang terbuka) . Malahan yang dilakukan adalah mereka menyalahkan yang lain dengan kata lain sifat intoleran diimplementasikan. Ketika diajak penelitian, mereka lebih memilih untuk tidak membuka pintunya, sehingga stereotip pada sekolah tersebut sudah jelas menjadi sekolah primordial yang perlu di benahi, atau tepatnya perlu di berikan faham toleransi.

Hal yang penting dilakukan untuk memberikan faham pada sekolah primordial adalah melalui kritikan. Jika diberikan melalui spontanitas bertemu. Pastinya akan sulit untuk dilakukan. Sebab mereka memilih jalan tertutup dan memposisikan diri hanya pada ruang instansi nya saja. Mereka lebih berpandangan pada diri yang telah menjaga ajaran yang zaman dahulu dianggap benar, kemudian perlu diterapkan dan tidak menerima perubahan zaman karena mereduksi makna terdahulu. Tepatnya mereka menjalani sekolah berdasarkan asas asas kaidah tertentu seperti agama, ideologis hingga budaya tertentu sebagai pembenaran. 

RESPON PENULIS

Penelitian yang gagal di lakukan di salah satu sekolah oleh penulis memang merupakan salah satu alasan tulisan ini ada. Penelitian yang tak disetujui karena alasan membingungkan tidak bisa diterima. Tepatnya ada keanehan didalam nya yang penulis sendiri sudah sedikit tahu dan diungkapkan pada kalimat sebelum nya. Sekolah sejatinya  tempat manusia mendewasakan diri, sekolah tempat menemukan manusia sebagai manusia itu sendiri, dan sekolah lah merupakan salah satu jalan terang dan formal untuk manusia itu sendiri bisa terbangun dari dogmatisme.
Namun sekolah primordial berkebalikan dari itu semua, mereka lebih cenderung memposisikan diri sebagai sekolah berbasis pada pembenaran, malahan beberapa ada yang cenderung intoleran hingga sekolah itu sendiri tetutup pada publik. Namun semangat mereka terhadap kepercayaan tertentu diajarkan dan perlu dipertahankan. Hasilnya walaupun mereka minoritas pada daerah tertentu, maksudnya sekolah itu sendiri dianggap membawa kekhawatiran bagi masyarakat (walaupun itu sebagian) mereka tetap bersemangat memperjuangkannya, hal demikian patut dicontoh semangat itu sendiri.
Namun, yang menjadi kekurangan signifikan dari sekolah primordial ini sendiri adalah penulis langsung merasakan sendiri bagaimana sekolah primordial ini sendiri memunculkan kekhawatiran pada masyarakat secara mayoritas yang memang ada banyak statemen benar pula atas nya. Dalam hal ini, sekolah primordial pastinya tetap menjaga visi misi dari sekolah itu sendiri mencerdaskan kehidupan manusia. Namun, mereka tetap menjajah manusia itu sendiri dengan dogma, menerapkan prilaku yang merasa benar(egoisme) dan sebagian lagi intoleran. Tidak bergaul pada yang berbeda darinya, apalagi berbeda ras, suku dan agama. Sebab doktrin yang dilekatkan adalah doktrin fanatisme yang merasa lebih benar dari yang lainnya, dan merasa dirinya yang paling selamat. Padahal tindakan tersebut menciptakan satu kesimpulan dari penulis, yakni sekolah tertutup itu sendiri merupakan bentuk manifestasi sekolah primordial yang perlu di berikan faham lagi, untuk sadar akan hal hal tertentu yang membenarkan prespektif publik. Tentang sekolah primordial yang hanya mengamini kebenaran pada basis konservatif dan tekstual

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun