Wahyu Sapta
Mohon Tunggu...Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#
Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...
Taraaa... lepet jagungnya sudah jadi. Siap disantap, ya! Aroma lepet jagung yang manis gurih menguar segar, akan semakin memikat sensasi rasa siapapun yang menyantapnya.Â
Rasanya manis gurih. Manis dari jagungnya, gurih dari kelapanya. Klop. Petjah! Sensasi nikmat sedap. Apalagi jika lepet jagung ini untuk teman minum teh. Nikmatnya dobel, deh!
Ada sensasi manis kletis dari jagungnya. Gurih dari kelapa. Petjah! Lezato! (Foto: Wahyu Sapta).
Cocok disajikan pada pagi hari. Tetapi tidak menutup kemungkinan menyajikannya sore hari, ya. Di antara jeda makan siang dan makan malam yang cukup panjang. Sama nikmatnya!
Taraaa... sudah jadi ya lepet jagungnya. Mudah bikinnya. Cocok disantap pagi atau sore hari bersama secangkir teh hangat. Heeem... (Foto: Wahyu Sapta).
"Bun, kapan-kapan nyoba resep lainnya, ya," kata Kakak. Matanya berbinar senang.
"Okay, siapa takut." jawab saya.
Selamat mencoba! Resep ini sudah diuji coba di dapur saya.