Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan, Ketika "Tongtek" Dikira Jelmaan Hantu

12 Mei 2020   20:12 Diperbarui: 12 Mei 2020   20:14 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak membunyikan tongtek. Ilustrasi: Elshinta.com.

Selain kuper, saya juga takut gelap. Tidak suka malam hari, karena gelap. Kadangkala jika sedang jalan di tengah gelap karena tidak ada lampu penerangan bersama kakak, saya memejamkan mata dan menggandeng erat tangan kakak. Pokoknya saya ikut, hingga sampai rumah sambil merem. Hahaha... 

Nah, pada bulan ramadan pada waktu itu, sering ada tongtek di luar. Sekitar tengah malam tongtek itu sudah memutar perkampungan. Saya merasa bahwa yang melakukan toktek ini adalah makhluk alam lain. Karena saya memang penakut. Pokoknya takut. 

Rasa takut itu hingga beberapa lamanya. 

Hingga pada suatu hari, di siang yang panas, ada segerombol anak-anak yang pada waktu itu berumur sebaya dan ada yang lebih besar melewati depan rumah. Membawa peralatan seperti ember, kaleng, dan beberapa batu dan kayu. Mereka menuju ke sebelah rumah yang kebetulan tanah kosong. 

Saya mengintip dari jendela di dalam rumah. Ingin tahu, apa yang mereka kerjakan. 

Mereka bersiap, dan memukul ember dan kaleng dengan batu. Ada yang memberi aba-aba. Juga memberi arahan agar memukulnya bergiliran hingga menjadi suatu alunan nada rancak. Mereka sedang latihan dan menyelaraskan nada agar kompak.


Terkagetlah saya mendengarnya. Suara itu! Iya, itu mirip suara tongtek yang biasa saya dengar pada malam hari. Irama rancak, dari suara ember dan kaleng yang dipukul!

Ooo... Jadi selama ini mereka yang melakukannya? Kenapa kalau dengarnya pada malam hari saya takut? Bahkan membayangkan bahwa mereka adalah makhluk alam lain alias hantu? Duh... Hahaha... 

Untuk membunyikan toktek, mereka juga butuh latihan, agar pada malam hari saat mereka berkeliling, bisa kompak dalam bermain. Ooo... sungguh ya, baru ngerti saya. 

Dan sejak itu, saya tidak takut lagi mendengar suara tongtek. Apalagi ketika agak besar, sering mendengar ada perlombaan tongtek antar kampung. Ternyata mereka juga manusia seperti saya. 

Memang ya, imajinasi anak kecil itu kadang lucu. Pemahaman yang masih terbatas menjadikan mereka sering membayangkan hal yang biasa menjadi hal yang luar biasa. 

Salam tongtek ya. Sekarang saya tidak takut. Hahaha...

Semarang, 12 Mei 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun