Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Mengingat Kau, Tegar

20 September 2018   13:35 Diperbarui: 21 September 2018   13:09 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: dok. Wahyu Sapta

Hamparan padang rumput ilalang dengan sedikit pohon bambu disudut tikungan. Angin sepoi bertiup pelan. Aku sendiri. Sunyi. Senyap. Daun bambu memainkan musiknya, menari kanan kiri, melenggok lembut. Aku menikmatinya, meresapinya. Indah.

Bukankah jarang sekali aku mendengarnya, maupun melihatnya? Padahal dulu aku seringkali melihatnya, mendengarnya, kala aku masih kecil, di rumah nenek, entah berapa puluh tahun yang lalu. Hem... aku merasa nyaman sekali.

Sampailah aku di rumah dekat rumput ilalang, dimana aku biasa menyepi. Untuk ketenangan batin, lepas dari segala rutinitas sehari-hari. Paling tidak, dua minggu sekali aku berkunjung ke tempat ini. Tempat di mana aku pernah bertemu denganmu, empat tahun yang lalu. Hem.

Tak ada yang berubah dari tempat ini. Hanya beberapa bangunan tinggi, rumah dan villa di sebelah kiri. Itupun agak jauh dari tempat ini. Udaranya masih bersih dan segar.

Bila aku sedang berada di sini, aku merasakan keberadaanmu. Kau ada dekat di sampingku. Kita minum kopi di pagi hari bersama, berbincang bersama, berdiskusi hingga memanas, yang berujung ngambeknya diriku dan akhirnya dirimulah yang mengalah. Ah, semuanya ada dipelupuk mata.

Kau yang tiap pagi mengunjungiku, hanya sekedar menyapa dan mengajakku berangkat kerja bersama. Kita masih ta'aruf saat itu.

Tetapi saat ini, aku hanya sendiri, benar-benar sendiri, di depan teras, dengan tanah kosong depan pagar seberang jalan, dengan hamparan padang rumput ilalang liar.

***

Pak Temu tukang kebun, baru saja merapikan taman depan, saat aku berkunjung lagi di rumah ini, di hari Sabtu yang cerah. Aku bersantai di ruang tivi. Sambil membaca novel kesukaanku.

"Mbak Sita, ada tamu."

"Siapa pak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun