Akhirnya pecah juga. "Kenalkan, aku Celo." katamu.
Ketiga, bertemu ketika acara lomba tujuhbelasan di kampung. Jadi, sebenarnya kita bertetangga? Aduh, mengapa tak mengenalnya? Memang blok 2 dan blok 4 jauh ya? Padahal dekat. Ya, ya, aku memang jarang keluar rumah, kecuali urusan penting. Seperti mengirimkan paket ke kantor pos. Itupun sangat jarang kulakukan. Selebihnya aku banyak berkutat pada layar laptop dan huruf-huruf. Jika saja mama tak memaksaku untuk keluar rumah mengikuti kegiatan kampung, aku tak akan melakukannya.
"Ayolah Muti, kau harus sesekali keluar rumah. Bagaimana kau mendapat jodoh jika hanya di dalam rumah?"
Zaman milenial. Apa saja bisa kulakukan dari dalam rumah. Tidak harus keluar, dan bertemu orang-orang. Aku menikmatinya. Apanya yang salah? Mama tak pernah merasakannya, jadi ia mengatakannya. Jodoh ada di tangan Tuhan. Jika waktunya bertemu jodoh, akan bertemu bukan? Mama hanya bisa geleng-geleng kepala. "Semaumu lah," kata Mama. Meski akhirnya aku bersedia juga keluar rumah. Dan menemukanmu.
Keempat. Kamu itu bagai bayangan, ya? Mengikutiku kemana saja arah langkahku. Di taman ada kamu, di meja makan ada kamu. Di kaca kamar ada kamu. Di layar laptop ada kamu. Di pembungkus paket, ada kamu. Kamu, kamu, kamu.
***
Ayahnya adalah seorang penting dalam pemerintahan pada masanya. Ia tak pernah meminta untuk dilahirkan dari orang tua yang terpandang. Ia hanya ingin mencintai kekasihnya.
"Ara, kita bertemu hari ini. Di tempat biasa." begitu pesan pada kekasihnya melalui kurir. Apa yang bisa dilakukannya untuk Ara, hanyalah sedikit cara, agar ia bisa menemuinya. Ia telah mempersiapkan segalanya. Termasuk cincin bermata merah maroon. "Aku akan memintanya menjadi istriku. Meski ayah bakalan marah besar."
Ara adalah gadis setempat, yang telah meraih hatinya. Gadis biasa. Bukan dari kalangan elite. Dalam sebuah pertemuan pesta rakyat menyambut panen tebu. Ada sebuah kekuatan yang menarik dirinya agar mengenalnya lebih dalam. Pesona kecantikan alami, kepolosan hati, tak biasa dimiliki oleh gadis lainnya yang ingin memilikinya.
"Axel, bagaimana jika ayahmu tahu, jika kita bertemu?"
"Apapun akan kulakukan Ara. Demi kamu."