Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Antara Nama Sama dan Berbuka Sebelum Waktunya

22 Mei 2018   08:42 Diperbarui: 22 Mei 2018   11:07 961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Lagi duduk di teras tuh,"

Dengan masih terkantuk dan wajah yang kucel karena bangun tidur, mas Anto keluar. E tapi, kenapa kok malah bengong. Kebingungan. Temannya juga. Malah nanya, Wahyunya ada. Loh, gimana sih? Kan temannya, mosok lupa?

Owalah... ternyata salah panggil. Yang dimaksud itu mas Nonot, kakak saya yang nomer satu. Huiii... marah dong mas Anto. Padahal baru asik tidur. Mana susah lagi ngebanguninnya. Sambil cemberut mas Anto masuk rumah dan memanggil mas Nonot. Hahaha... Yah, maaf salah panggil....

Itu terjadi karena memiliki nama sama: Wahyu dan hampir sebaya. Hehehe...

Cerita 2

Masih SD juga. Pada bulan puasa. Mulai berlatih untuk puasa. Pada saat sahur, tentu saja ikut sahur. Namanya juga baru latihan. Berat banget rasanya menjalani puasa. Menunggu sore hari juga terasa lama. Mau tidur, bosan. Membaca, tidak konsentrasi karena memikirkan perut yang keroncongan. Tidak enak semua.

Tetapi bapak saya selalu menyemangati, agar saya tetap berpuasa. Meskipun saya bilang ke bapak saya, "Pak, saya puasa bedug saja ya. Nggak kuat nih. Lemas rasanya." kata saya sambil memelas. Tetapi bapak saya berkata, "Eman-eman."

Puasa bedug pada zaman dulu adalah lazim, sebutan puasa buat yang sedang latihan. Yaitu puasa hanya hingga tengah hari pada saat azan dhuhur. Boleh makan dan minum. Kemudian puasa kembali hingga magrib tiba. Ada juga puasa sapi atau habis puasa diusapi mulutnya. Artinya tidak puasa, karena tetap makan minum dan habis makan minum mulutnya diusapi dengan serbet. Hehehe.... Sekarang masih ada nggak, ya istilah tersebut?

Lalu karena bapak membujuk agar puasa diteruskan. Maka sayapun bertahan berpuasa. Dengan kekuatan yang ada, melanjutkan puasa. Tetapi pertahanan itu akhirnya jebol. Pukul lima sore saya sudah lemes banget. Rasanya mual. Lalu saya bilang ke bapak, "Pak, saya buka puasa ya. Sudah nggak kuat." Demi melihat saya yang begitu memelas dan pandangan sayu, akhirnya bapak mengijinkan saya berbuka. Padahal waktu buka tinggal sebentar lagi. Hanya beberapa menit saja. Yah... sayang deh. Batal puasa sebelum waktunya berbuka. Jika saja bapak pada saat itu tak mengijinkan saya untuk berbuka, mungkin saya sudah pingsan. Hahaha....

Lucu juga ya, karena masa kecil kadang belum bisa mengendalikan diri, menahan puasa hingga magrib. Jika teringat jadi senyum sendiri, deh.

Foto kenangan bersama alm Bapak saat masih SD. Masih suka manja. Hehehe... (dokpri).
Foto kenangan bersama alm Bapak saat masih SD. Masih suka manja. Hehehe... (dokpri).
Nah, selamat berpuasa, semoga lancar dan bisa menambah amal kebaikan. Pertahankan hingga lebaran ya. Hari kemenangan. Aamiin....

Semarang, 22 Mei 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun