Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Politik Si "Raja Judi" Donald Trump

13 Desember 2017   22:56 Diperbarui: 13 Desember 2017   23:12 2079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pernah dikuasai umat Islam dan umat Kristen secara berganti-ganti. Mengapa orang Yahudi pada saat itu tidak mempertahankan kota Yerusalem tersebut kalau memang itu ibu kotanya.

Lalu, dimana orang Yahudi pada waktu itu, kok, bisa mengatakan selama 3.000 tahun Yerusalem sudah menjadi ibu kota Israel. Pada masa-masa dahulu orang Yahudi itu banyak melakukan eksoduskarena dikejar-kejar oleh penguasa untuk dijadikan budak.

Pada masa itu umat Yahudi bercerai-berai, terpisah-pisah, menghindari pengejaran oleh raja-raja yang berkuasa pada masa itu. Ingat saja sejarah Fir'aun musuh Nabi Musa, raja Persia Nebukadnezar, Kaisar-kaisar Rumawi, semuanya itu memburu orang-orang Yahudi untuk dijadikan budak.

Kok, sekarang PM Benjamin Netanyahu mengaku Yerusalem sebagai ibu kota Israel selama 3.000 tahun. Dalam sejarah belum pernah tertulis Kerajaan Israel atau Republik Israel yang sudah berumur 3.000 tahun. Kalau memang ada maka Kerajaan Israel itulah atau Republik Israel itulah yang tertua di dunia ini.          

Namun, persoalannya sekarang setelah pindah ke Yerusalem, apakah aman bagi pemerintah Israel tinggal disana atau tidak. Rasanya tak ada jaminan buat Israel karena kota Yerusalem itu adalah kota suci milik tiga agama, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Bisa saja terjadi konflik diantara ketiga umat beragama tersebut.  

Sebenarnya dibalik keinginan Donald Trump memindahkan ibu kota Israel itu ke Yerusalem ada maksud-maksud tertentu dalam melanjutkan politik rasisnya.Dia itu sangat anti pada orang-orang Islam namun, dia sendiri belum menemukan cara menghabisi orang-orang Islam yang dianggapnya terorisitu.


Lalu, ia melakukan taktikseperti orang "main judi". Kebanyakan permainan judi itu, kan, tebak-tebakan saja, mana ada yang pasti. Wajar, kalau Donald Trump berjudi dalam politikkarena dia dahulu Si "Raja Judi" dari Las Vegas, AS.

Trikyang dimainkannya kebanyakan coba-coba saja sebagaimana halnya dengan permainan judi. Kalau mengena syukur, kalau tidak, ambil cara lain. Hal itu sama saja dengan Teori Kemungkinan(Probability Theory), yang mengajarkan, dari sekian banyak kemungkinan mustahil satu tidak akan jadi, pasti ada yang jadi.

Teori Kemungkinan itulah yang digunakan Donald Trump dalam politik globalnya yang sejalan dengan rencana ekspansi kapitalisme Amerika Serikat untuk bisa menguasai dan merajai ekonomi global.

Dibangun dahulu isu "perang agama"antara umat Islam dengan Yahudi dan lama kelamaan akan menyeret pula umat Nasrani Timur Tengah. Bagaimana hal itu bisa terjadi, persoalannya mudah sekali.

Setelah Yerusalem menjadi ibu kota Israel maka Donald Trump akan menyuruh Israel membongkar semua situs-situs yang dipandang suci oleh umat Islam dan umat Nasrani. Ada dua yang terpenting yaitu Betlehem bagi umat Nasrani karena disitulah tempat lahirnya Jesus Christus dan yang satu lagi Masjidil Aqsa, yang pernah menjadi kiblat umat Islam dan dari situ pula Nabi Muhammad saw mi'raj.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun