Mohon tunggu...
Dwiyanto Susilo
Dwiyanto Susilo Mohon Tunggu... Pembelajar abadi

saat ini beraktivitas di Dinporabudpar Blora dan belajar menulis di Jaringan Pena Ilma Nafia.

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

(FFA) Si Buta dan Si Buntung

18 Oktober 2013   14:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:22 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

394 Kerajaan Wotan Mas dulunya sangat makmur dan rakyatnya hidup tenteram. Akan tetapi semenjak dikuasai kerajaan Poh Pitu rakyat Wtan Mas hidupnya menjadi tidak tenang. Setiap saat mereka was-was. Setiap saat bisa saja pengawal kerajaan Poh Pitu membawa mereka ke istana sebagai santapan raja. Ya, Raja Tanpa Welas sangat suka daging manusia. Sebelum menjadi santapan raja, mereka dijebloskan ke dalam penjara dan diberi makanan yang enak-enak agar badan mereka gemuk.

Pada suatu hari, pengawal kerajaan sampai di desa dimana Si Buta tinggal. Penduduk yang lain sudah melarikan diri semua, kecuali Si Buta. Akhirnya ia dibawa ke hadapan Raja Tanpa Welas.

“ Wahai sang raja, daging hamba tidaklah enak. Hamba takut sang raja tertular penyakit hamba sehingga menjadi buta seperti hamba.” kata Si Buta memelas.

“ Pengawal!!! Kenapa orang buta sepeti ini dibawa ke hadapanku. Jebloskan dia ke penjara!!”

Akhirnya Si Buta dijebloskan ke dalam penjara. Di sana ia bertemu dengan orang-orang dari berbagai pelosok desa menunggu giliran di makan raja.

“ Kita senasib Saudaraku. Kita sama-sama mempunyai badan yang tidak lengkap. Pengawal raja dengan mudah membawa kita ke tempat ini. Pernahkah melihat pemandangan disekitarmu, Saudaraku?” tiba-tiba seseorang menyapa Si Buta.

“ Tentu saja belum. Aku sejak lahir sudah seperti ini. “

“ Maukah aku tolong untuk melihat dunia?”

“ Apakah ada orang yang bisa menyembuhkan orang buta seperti aku? Untuk keluar dari penjara saja tidak mugkin.”

Orang yang menyapanya lantas mengusapkan tanganya yang tersisa ke mata Si Buta. Betapa terkejutnya Si Buta. Matanya sekarang dapat untuk melihat. Dihadapannya berdiri sesosok orang tua bertubuh kurus kering dengan kedua tangannya yang hamper tidak ada.

“ Inilah dunia. Pengap dan sempit. Tetapi kita bisa melihat dunia yang luas dan menyenangkan bila mampu mengalahkan raja yang lalim itu.”

“ Terima kasih Saudaraku. Anda telah memperlihatkan dunia kepadaku. Dulu, saat di desa, hampir tiap hari aku mendengar kelaliman Raja Tanpa Welas hingga aku punya keinginan mengalahkan raja lalim tersebut. Tetapi apa dayaku. Aku tidak bisa melihat apa-apa di sekelilingku. Sekarang baru terlaksana niatku!!”

Dengan tenang Si Buta berjalan ke jeruji besi. Tangan-tangannya yang kekar membuka jeruji penjara. Dengan mudah penjaga penjara dilumpuhkannya. Orang-orang yang akan dijadikan santapan raja dikeluarkannya semua. Kemudian ia menuju istana raja.

Pengawal istana mengepungnya dengan senjata tombak dan pedang di tangan. Pertarungan berlangsung sangat seru. Kekuatan Si Buta melebihi kekuatan orang biasa. Tubuhnya kebal dari tusukan senjata apapun. Akhirnya pengawal istana dapat dikalahkan.

“ Panglima, tangkap orang kampung itu!!!” teriak raja pada panglima perangnya. Lelaki bertubuh tinggi dan tegap meloncat seakan terbang ke arah Si Buta berdiri. Akhirnya terjadi pertempuran yang sengit. Keduanya sama-sama mengeluarkan kepandaiannya masing-masing. Keduanya sama-sama kuat dan tangguh. Tetapi pada suatu kesempatan, pedang Si Buta berhasil mengakhiri perlawanan panglima kerajaan. Di luar istana, orang-orang yang dikeluarkan dari penjara oleh Si Buta bertempur melawan prajurit istana. Mengetahui panglima perangnya tewas, semangat bertempur para prajurit istana menurun. Akhirnya mereka dapat ditaklukan oleh teman-teman Si Buta.

Melihat panglima perangnya tewas kena sabetan pedang Si Buta, kemarahan Raja Tanpa Welas sampai ubun-ubun. Dilibasnya tubuh Si Buta dengan pedang di tangan. Si Buta terlibat pertarungan yang sengit kembali. Pedang Si Buta terlempar saat berbenturan dengan pedang Raja Tanpa Welas. Pada saat yang kritis, dengan segenap kekuatannya, Si Buta mengangkat batu sebesar anak kerbau di sampingnya. Batu tersebut kemudian dilemparkannya ke tubuh raja. Raja Tanpa Welas tidak bisa mengelak. Tubuhnya tertimpa batu sebesar anak kerbau tersebut.

Orang-orang bersorak-sorai melihat kemenangan Si Buta. Ia akhirnya diangkat sebagai raja. Rakyat Wotan Mas akhirnya dapat hidup tenteram dan makmur kembali.

NB :

vUntuk membaca karya peserta lain silakan menuju akun Fiksiana Community dengan judul: Inilah Hasil Karya Festival Fiksi Anak.

vSilakan bergabung di grup FB Fiksiana Community.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun