Mohon tunggu...
MEDIA WACANA PERS ZUJ
MEDIA WACANA PERS ZUJ Mohon Tunggu... Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Syari'ah

Wacana Pers ZUJ PMII Rayon Syari'ah merupakan platform jurnalistik mahasiswa yang mengedepankan penyebaran informasi kritis, inspiratif, dan edukatif seputar dinamika kampus, sosial, dan keagamaan. Sebagai wadah bagi kader PMII Rayon Syari'ah, Wacana Pers hadir untuk memperkuat tradisi literasi serta mengawal gerakan intelektual yang berbasis pada nilai-nilai Islam dan kebangsaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

One day: Sebuah Luka yang Belum Sembuh

7 Juli 2025   17:32 Diperbarui: 7 Juli 2025   17:32 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Pontianak.com


Penulis: Alayna Mazayahagie

Aku tak tahu persis kenapa lagu itu datang kembali malam itu. Padahal, sudah bertahun-tahun berlalu sejak terakhir kali kudengar "One Day"-lagu kolaborasi Arash dan Helena yang dulu cuma kupahami sebatas "enak didengar". Tapi malam itu, ketika dunia terasa sedikit lebih lebih sepi, suara lembut Helena kembali mengisi ruang kamarku seperti gema dari masa lalu.

"One day, I'm gonna fly away..."

Tak ada petir, tak ada guntur, hanya satu bait yang tiba-tiba membuat dada terasa ter penuh. Lagu itu, yang yang dulu hanya jadi teman belajar waktu SD, kini terdengar seperti doa. Doa dari seseorang yang sedang berusaha bertahan.

Aku mulai mencari tahu lagi tentang lagu itu, seolah ingin memahami mengapa denting nadanya kini terasa berbeda. Lagu ini dirilis pada pada 12 Maret 2014, bagian dari album Superman milik Arash-penyanyi asal Iran yang besar di Swedia, dikenal karena perpaduan pop Barat dan nuansa Timur Tengah. Ia menggandeng Helena, penyanyi asal Rumania yang sudah sering jadi tandemnya, termasuk dalam lagu-lagu populer seperti Broken Angel dan Pure Love.

Tidak ada aransemen musik yang mencolok. Hanya alunan lembut, beat elektronik yang berjalan pelan, dan vokal yang nyaris seperti bisikan. Tapi, justru kesederhanaan itulah yang membuatnya menusuk. Lagu ini bukan untuk dinyanyikan keras-keras di panggung konser, tapi untuk tuk didengarkan dalam keheningan, ketika kita sendirian, mungkin sambil menatap langit-langit kamar. Dan di sanalah, justru lagu ini menjadi teman paling jujur.

Liriknya sederhana. Tidak ada metafora rumit atau kiasan puitis. Tapi mungkin justru karena itulah lagu ini begitu mudah menyentuh.

"One day I'll see your eyes again..."

Kalimat itu terasa seperti mantra. Pengulangan harapan yang nyaris putus asa, tapi tak pernah benar-benar menyerah. Aku membayangkan seseorang, duduk sendiri di ujung ranjang, matanya merah tapi kering, dan satu-satunya pegangan yang ia punya adalah kata: "suatu hari nanti."

Dan bukankah kita semua pernah berada di titik itu? Titik di mana kehilangan sudah terjaidi, tapi hati masih menolak menyerah? Kita tahu orang itu tak akan kembali dalam waktu dekat atau mungkin tak akan pernah tapi tetap saja, kita berharap. Diam-diam. Dalam hati. Dengan cara yang bahkan tak bisa kita jelaskan pada siapa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun