Mohon tunggu...
MEDIA WACANA PERS ZUJ
MEDIA WACANA PERS ZUJ Mohon Tunggu... Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Syari'ah

Wacana Pers ZUJ PMII Rayon Syari'ah merupakan platform jurnalistik mahasiswa yang mengedepankan penyebaran informasi kritis, inspiratif, dan edukatif seputar dinamika kampus, sosial, dan keagamaan. Sebagai wadah bagi kader PMII Rayon Syari'ah, Wacana Pers hadir untuk memperkuat tradisi literasi serta mengawal gerakan intelektual yang berbasis pada nilai-nilai Islam dan kebangsaan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

One day: Sebuah Luka yang Belum Sembuh

7 Juli 2025   17:32 Diperbarui: 7 Juli 2025   17:32 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tribun Pontianak.com

Sebagian orang mungkin menganggap lagu ini tentang cinta yang kandas. Tapi bagiku, ia lebih ebih dari sekadar kisah asmara. Lagu ini adalah tentang kehilangan-dalam bentuk apa pun. Kehilangan orang tua. Sahabat. Rumah. Atau bahkan diri sendiri yang dulu pernah kita kenal.

Dan dalam kesedihan yang terbungkus musik lembut itu, lagu ini menjadi pelukan. Bukan pelukan yang menenangkan dengan janji manis, tapi pelukan yang hanya berkata, "Aku tahu rasanya.'

Secara psikologis, aku mulai menyadari bahwa lagu ini berdiri di antara dua fase dalam proses berduka: bargaining dan acceptance. Ia bukan tentang penolakan. Ia tahu bahwa yang hilang mungkin tak akan kembali. Tapi ia juga belum siap untuk benar-benar melepaskan. Di situlah letak kerentanannya, sekaligus kekuatannya. Lagu ini mengajarkanku satu hal: bahwa menerima tidak selalu berarti berhenti berharap.

"One day"-dua kata yang bisa terdengar sangat klise, sangat biasa. Tapi dalam nyanyian Arash dan Helena, dua kata itu menjadi simbol dari harapan yang paling tulus. Harapan yang tidak keras kepala, tidak ambisius, tidak dramatis. Tapi sabar. Pasrah. Dan justru karena itu, bertahan lebih lama dari yang lain.

Lagu ini seperti doa dan mantra. Pengulangan yang tak menawarkan jawaban, tapi justru memberi kekuatan untuk terus mengulangnya. Sebuah bentuk meditasi bagi mereka yang sedang menyusun kembali hidupnya dari puing-puing. Dan dalam dunia yang begitu cepat bergerak, kadang kita hanya butuh satu hal yang tetap. Lagu ini, bagi sebagian orang-bagi aku adalah hal itu.

Aku tidak tahu apakah orang-orang yang kucintai juga mendengarkan lagu ini. Tapi aku suka membayangkan bahwa di suatu tempat, di waktu yang berbeda, mereka juga sedang duduk sendiri, mendengarkan "One Day", dan memikirkan hal yang sama: bahwa mungkin, suatu hari nanti, semuanya akan baik-baik saja. Dan jika tidak pun, setidaknya ada lagu ini. Lagu yang tidak menawarkan solusi, tapi memberi ruang. Untuk merasa. Untuk menangis. Untuk diam.

Bagiku, "One Day" bukan hanya sebuah lagu. Ia adalah ruang sunyi yang memeluk kita ketika dunia terlalu bising.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun