Mohon tunggu...
HIMUN ZUHRI
HIMUN ZUHRI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Penulis

Himun Zuhri seorang aktivis yang saat ini sebagai kuli tinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tulisan Perdana di Tahun 2021, Kilas Balik Cerita Mencekam Corona di Tahun Lalu

1 Januari 2021   19:44 Diperbarui: 1 Januari 2021   19:48 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semakin hari ekonomi terasa semakin sulit, masyarakat mulai melawan ketakutan itu, sadar bahwa kebutuhan perut lebih prioritas daripada tetap memupuk rasa takut, hingga tibalah pada kebijakan pemerintah dengan "New Normal" nya.

Pemerintah mulai membuka akses warga untuk tetap bekerja hanya terpaut dengan tatanan kehidupan baru (New Normal) yakni wajib menerapkan protokol kesehatan, diantaranya menggunakan masker, rajin cuci tangan pakai sabun, jaga jarak serta menghindari kerumunan.

Jangankan ekonomi keluarga, keuangan daerah-pun nyaris 'kolep' gegara virus yang bagi banyak pihak mulai meragukan keberadaan dan keganasannya. Anggaran daerah-pun harus direalokasi dan kegiatan harus di refocusing. Pemerintah menetapkan Covid-19 sebagai bencana nasional kategori bencana nonalam.

Fokus pemerintah pusat maupun daerah bukan lagi dalam rangka menjalankan visi, misi serta janji politik pemilu nan lalu tetapi semua konsentrasi mengurus si "Covid-19" jahanam ini. Keuangan daerah juga mendapat predikat dengan kondisi 'Kahar'.

Meski demikian kehidupan wajib tetap berjalan, bahkan pesta demokrasi Pilkada serentak yang pelaksanaannya sempat mengalami penundaan yang akhirnya dilanjutkan, dengan pertimbangan tak ada pihak yang bisa memberi jaminan kapan virus ini akan berakhir.

Sekarang Pilkada pun telah usai, namun sebaran dan jumlah suspek virus yang konon kabarnya dapat mematikan ini umumnya di Indonesia grafiknya tak kunjung melandai, termasuk di Merangin naik terus.

Keseriusan pemerintah daerah terlihat mulai melemah dalam penanganan wabah ini, malah terkesan formalitas saja, edaran demi edaran/himbauan demi himbauan terbit bak jamur tumbuh di musim penghujan, nyatanya tak sepenuh hati mampu dijalankan.

Secara lisan bupati juga telah menghimbau jangan ada pejabat yang keluar daerah dan orang luar masuk ke daerah ini, apalagi bepergian ke zona merah sebab status Merangin juga sama, merah.

Bahkan himbauan ini bak angin lalu dengan berombongan dan berlomba-lombanya para suri tauladan dan ulil amri kita pergi keluar daerah, dengan berbagai alasan yang maha penting yang kabarnya untuk kemajuan daerah.

Ya monggo, ini hanya edaran dan himbauan kok, tak ada sanksinya lagian sangat disayangkan waktu libur panjang tak di manfaatkan untuk liburan apalagi bagi kaum-kaum juragan yang punya banyak uang, yang tak mampu mari kita sama-sama jaga gawang.

Artinya dalam upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Merangin sudah bukan prioritas utama sepertinya, ya gak apa-apa, sudah capek juga rasanya. Asalkan uang daerah tak tersedot lagi oleh si Corona itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun