Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Tulisan Perdana di Tahun 2021, Kilas Balik Cerita Mencekam Corona di Tahun Lalu

1 Januari 2021   19:44 Diperbarui: 1 Januari 2021   19:48 211 1
Tulisan Perdana di Tahun 2021, Kilas Balik Cerita Mencekamnya Corona di Tahun Lalu

Tanpa terasa tahun 2020 sudah berlalu, tahun dimana negeri ini tergoncang oleh kehadiran virus yang menurut mantan Menteri Kesehatan Terawan virus yang tak lebih ganas dan hanya seperti flu biasa yang menurutnya akan sehat dengan sendirinya.

Virus dimaksud yakni Corona Virus Disease 2019 kelahiran Wuhan, China yang telah paten dengan nama panggungnya Covid-19. Awal Maret virus itu mampir ke bumi pertiwi, pro kontra dan ketakutan muncul dalam menyikapi kehadirannya.

Dan, akhir bulan April 2020, virus itu sampai juga ke Merangin, setibanya di bumi tali undang tambang teliti via pasien 01 yang kontrak erat dari pasien di Bungo, daerah ini terasa begitu mencekam, kehidupan sosial sontak berubah drastis, masker selalu menempel, tak ada kontak fisik apalagi untuk jabat tangan.

Saling curiga harus tertanam dalam setiap diri, 'jangan-jangan' dia yang bawak virus, anti hingga menghindar bahkan sampai-sampai mengucilkan dan mengasingkan tetangga dan keluarga kita, ini pernah kita lakukan hanya karena ia datang dari luar kota.

Petugas pelayanan kesehatan di Merangin mendadak diserbu puluhan lnforman jika ada tetangga yang datang dari luar daerah, sebab ia harus menyandang status ODP (Orang Dalam Pemantauan) terlebih dahulu selama dua pekan dan wajib isolasi mandiri.

Sungguh ketakutan itu semakin nyata, aktifitas pendidikan tatap muka-pun lumpuh total, sekolah tutup belajar via daring, tagline #DirumahAja gencar disosialisasi sehingga makin hari suhu tubuh serasa "hangat dingin" walaupun kita tak dalam kondisi demam.

Takkala, sebatas rapid test saja terhadap warga yang menunjukkan hasil reaktif ketakutan masyarakat semakin menjadi, dulunya reaktif disebut positif rapid yang pada akhirnya sebutan itu dievaluasi dan diganti.

Rapid test sebagai gerbang awal menuju uji Swab atau PCR guna memastikan corona atau tidak, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian semakin serius dilakoni secara sadar dan berjamaah.

Bahkan harus melakukan penyemprotan disinspekstan ke penjuru pemukiman warga terutama fasilitas umum, bahkan jalan raya, sampai-sampai stok soklin, bayklin, wipol dan sejenisnya sempat langka dipasaran. Bupati turun  kelapangan dengan 'toa' mengajak gunakan masker agar tidak 'mati banyak'.

Semakin hari, ketakutan warga semakin menjadi, sehingga berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan ekonomi yang mulai terasa kocar-kacir, hal ini karena doktrin harus di rumah saja, ajakan ini cukup logis diterima kala itu.

Semakin hari ekonomi terasa semakin sulit, masyarakat mulai melawan ketakutan itu, sadar bahwa kebutuhan perut lebih prioritas daripada tetap memupuk rasa takut, hingga tibalah pada kebijakan pemerintah dengan "New Normal" nya.

Pemerintah mulai membuka akses warga untuk tetap bekerja hanya terpaut dengan tatanan kehidupan baru (New Normal) yakni wajib menerapkan protokol kesehatan, diantaranya menggunakan masker, rajin cuci tangan pakai sabun, jaga jarak serta menghindari kerumunan.

Jangankan ekonomi keluarga, keuangan daerah-pun nyaris 'kolep' gegara virus yang bagi banyak pihak mulai meragukan keberadaan dan keganasannya. Anggaran daerah-pun harus direalokasi dan kegiatan harus di refocusing. Pemerintah menetapkan Covid-19 sebagai bencana nasional kategori bencana nonalam.

Fokus pemerintah pusat maupun daerah bukan lagi dalam rangka menjalankan visi, misi serta janji politik pemilu nan lalu tetapi semua konsentrasi mengurus si "Covid-19" jahanam ini. Keuangan daerah juga mendapat predikat dengan kondisi 'Kahar'.

Meski demikian kehidupan wajib tetap berjalan, bahkan pesta demokrasi Pilkada serentak yang pelaksanaannya sempat mengalami penundaan yang akhirnya dilanjutkan, dengan pertimbangan tak ada pihak yang bisa memberi jaminan kapan virus ini akan berakhir.

Sekarang Pilkada pun telah usai, namun sebaran dan jumlah suspek virus yang konon kabarnya dapat mematikan ini umumnya di Indonesia grafiknya tak kunjung melandai, termasuk di Merangin naik terus.

Keseriusan pemerintah daerah terlihat mulai melemah dalam penanganan wabah ini, malah terkesan formalitas saja, edaran demi edaran/himbauan demi himbauan terbit bak jamur tumbuh di musim penghujan, nyatanya tak sepenuh hati mampu dijalankan.

Secara lisan bupati juga telah menghimbau jangan ada pejabat yang keluar daerah dan orang luar masuk ke daerah ini, apalagi bepergian ke zona merah sebab status Merangin juga sama, merah.

Bahkan himbauan ini bak angin lalu dengan berombongan dan berlomba-lombanya para suri tauladan dan ulil amri kita pergi keluar daerah, dengan berbagai alasan yang maha penting yang kabarnya untuk kemajuan daerah.

Ya monggo, ini hanya edaran dan himbauan kok, tak ada sanksinya lagian sangat disayangkan waktu libur panjang tak di manfaatkan untuk liburan apalagi bagi kaum-kaum juragan yang punya banyak uang, yang tak mampu mari kita sama-sama jaga gawang.

Artinya dalam upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di Merangin sudah bukan prioritas utama sepertinya, ya gak apa-apa, sudah capek juga rasanya. Asalkan uang daerah tak tersedot lagi oleh si Corona itu.

Untuk menekan angka covid di Merangin 'mbok ya' gak usah di swab lagi, lagian ruang isolasi juga gak tersedia, full booking. Yang dirawat dengar-dengar cerita hanya diberi vitamin juga bukan obat. Konfirmasi positif dengan kabar kesembuhan nyaris sama jumlahnya.

Sekarang kita sadari, kita sudah berada di tahun baru, tahun 2021 tentu di tahun ini kembali kita diberi kesempatan dengan harapan-harapan baru, mimpi-mimpi baru namun tak terlepas dari bayang-bayang kasus corona, terutama kaitan dengan 'uang daerah'.

Namun satu yang pasti tahun 2020 lalu telah tercatat dalam lembaran sejarah perjalanan negeri ini efek besar dari kasus corona daerah ini harus "berutang" bukan saja ke PT. SMI, namun kepada pengusaha jasa kontruksi dari kelas teri hingga kelas tenggiri yang mencapai ratusan milyar.

Semoga saja di tahun 2021 ini corona sudah tak ada lagi agar negeri kembali aman padi menjadi, air jernih ikannyo jinak, rumput mudo kerbaunyo gepuk, turun ke sungai cemetik keno, naik kedarat perangkap berisi.

Selamat Datang Tahun Baru 2021

Bangko, 1 Januari 2021.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun