Pandai berbicara di depan umum tetapi miskin pengetahuan, menurut saya tidak baik juga. Karena public speaking yang benar harus tulus dalam menyampaikan informasi, bukan sekedar comot informasi dari sana sini dan kemudian dipidatokan. Kalau tidak mengerti benar yang diomongkan, ya bahaya.
Bacaan adalah makanan untuk para pembicara. Maka bacaannya harus bagus jika ingin menjadi pembicara yang baik.
Namun, makanan yang baik pun harus dicerna dengan benar agar tidak menjadi penyakit.
Jika bacaannya cuma dibaca tanpa dimengerti dengan benar, dan langsung dipidatokan, belum tentu pidatonya bagus. Walaupun cara membawakannya bagus. Saya rasa isi pidato bobotnya lebih tinggi dibandingkan cara membawakan.
Membawakan pidato dengan sangat baik, sebagai pembicara professional, tetapi ternyata isinya salah, bisa jadi senjata makan tuan. Karena pembicara yang fasih berpidato pasti sudah terlatih dalam membuat audiens mendengarkan mereka. Maka ketika audiens sudah bersemangat mendengarkan, mereka akan dengan mudah menangkap sesuatu yang salah dari isi pidatonya.
Sekarang ini, berbicara di depan umum dapat dilakukan tanpa pembicaranya benar-benar hadir dan berbicara di depan umum. Semua orang dapat berdiri di depan kamera, berbicara, dan merekamnya dalam bentuk video. Kemudian mempublikasikannya, sehingga orang lain dapat mendengarkan.
Itu saja isinya sudah dapat dinilai orang. Jangkauannya pun lebih luas karena videonya dapat di-forwad ke segala penjuru dalam hitungan waktu yang cepat.
Justru karena kemudahan itu, sebaiknya berhati-hatilah dalam berbicara.
Berbicaralah yang baik. Seperti penulis yang tulisannya dapat meresap masuk kedalam logika hingga turun ke hati. Menjadi terang melalui tulisan maupun lisan.
Di masa ini, mudah sekali untuk menjadi terkenal jika tujuannya hanya untuk terkenal, atau sekedar mendapatkan uang dari membuat sensasi. Tetapi menjadi penulis atau pembicara yang menginspirasi, saya rasa pada akhirnya akan lebih berguna, dan mungkin juga akan lebih lama diingat orang.