Itu adalah pemikiran orang awam. Pertanyaannya adalah, berapa banyak air dapat ditampung, dan bisa untuk keperluan berapa lama? Karena, saat ini cuaca juga tidak menentu. Yang harusnya musim kemarau, malah hujan melulu. Yang seharusnya musim hujan, malah jarang hujan.Â
Jika persediaan air habis, dan hujan tidak juga datang, apa yang harus dilakukan?
Adakah cara menampung air hujan, agar air itu tersimpan di bawah tanah dalam jumlah banyak, sehingga dapat menjadi cadangan air di musim kemarau? Haruskah membangun sumur seperti sumur jaman dulu yang terbuka dan cara mengambil airnya menggunakan timba?
Meski sekarang jaman Internet dimana informasi semacam ini dapat diakses dengan merdeka, semoga setidaknya ada usaha dari pemerintah untuk mengedukasi masyarakat mengenai hal ini. Agar jika harus membangun sesuatu untuk menampung air hujan, tidak akan sembarangan. Jangan sampai ada jual beli lahan milik publik untuk kepentingan penampungan air hujan keluarga. Jangan sampai pula masing-masing membuat bak air penampung air hujan seenaknya tanpa mempertimbangkan tetangga. Misalnya, baknya menutupi jendela tetangga. Mengingat di kota-kota besar, masih banyak perumahan-perumahan yang tidak teratur dan posisinya saling berdempetan.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI