Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Antara Dukun dan Artificial Intelligence

3 Februari 2023   18:37 Diperbarui: 4 Februari 2023   11:20 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bola kristal yang digunakan dukun untuk meramal. Sumber: Pixabay.com/nvodicka

Bagaimana dengan dukun? Berdasarkan apakah dia meramal?

Gak jelas!!

Mungkin itulah makanya profesi itu sampai sekarang tak tergusur teknologi. Ramalan berdasarkan teknik pemrograman, jelas logikanya. Namun ramalan dukun, bisa jadi sesukanya si dukun. Tidak ada yang tahu teknik yang dia pakai untuk meramal dan mendapatkan solusi penangkal hal-hal buruk yang dia "lihat". 

Bisa jadi suka-suka si dukun, tergantung situasi dan kondisi.  Kalau ini, secara intelligence aslinya pun masih perlu dipertanyakan, makanya tidak dapat dibuatkan model artificial intelligencenya (kecerdasan buatan).

Memang, konon katanya ada kelompok-kelompok orang yang memiliki kepekaan dan kecerdasan tersendiri, yang dapat melihat masa depan. Contohnya: Nostradamus, peramal ternama abad ke-16, yang berasal dari Perancis. Nama Nostradamus pernah heboh beberapa waktu lalu, setelah ramalannya mengenai kematian Ratu Elizabeth II, dianggap mendekati, jika tidak bisa dikatakan terbukti. Tapi Nostradamus bukan dukun. 

Dia adalah seorang astrologer yang dapat membaca pergerakan dan konfigurasi bintang-bintang pada suatu saat, dan meramalkan masa depan berdasarkan ilmu perbintangan itu. Berarti ada metoda tertentu yang dipakai. Jika ada metoda tertentu yang dipakai, berarti metoda itu dapat dipelajari orang lain. Mungkin suatu saat nanti teknik ramalan berdasarkan ilmu perbintangan ini akan dapat dibuatkan model artificial intelligencenya.

Beda dengan dukun. Mantra-mantranya mungkin ciptaan masing-masing dukun dan hanya penciptanya yang mengerti. Saya rasa teknik yang gak jelas inilah yang membuat profesi dukun tidak bisa dirobotkan, yang artinya profesi dukun akan tetap exist selama pengguna jasanya ada.
Mengapa orang masih menggunakan jasa dukun di era teknologi ini yang perkembangannya begitu cepat?

Karena belum ada aplikasi tentang praktek perdukunan kah? Karena tidak ada rekomendasi jawaban atas sebuah pertanyaan di mesin pencari google kah?

Ada yang sudah coba ChatGPT sebagai pengganti dukun? 

Kira-kira dalam lima atau sepuluh tahun ke depan, apakah praktek perdukunan akan masih akan bertahan?

(VRGultom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun