Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selalu Ada Jalan Damai untuk Pulang

25 Desember 2022   00:49 Diperbarui: 25 Desember 2022   16:32 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: hopechurchwaynesboro.org

Pulang dalam arti harafiah selalu berarti ke rumah. Rumah tempat bertemu dan berkumpul keluarga. Keluarga dimana ada orang tua dan saudara-saudara dengan siapa kita menghabiskan masa kecil.

Setelah dewasa, ada anggota keluarga yang pindah ke luar kota atau ke luar negeri karena pekerjaannya. Ada juga yang pindah rumah karena menikah, walaupun masih satu kota. 

Waktu masih serumah mungkin komunikasi lancar-lancar saja. Kalaupun ada masalah, paling-paling tidak saling bicara satu dua hari saja. Karena tidak mungkin bertemu setiap hari, berantem sehari, berhenti bicara berbulan-bulan mengalahkan masa perangnya Rusia-Ukraina. 

Berbeda setelah tidak lagi serumah. Pertengkaran dan salah paham ada saja, namanya orang yang saling kenal dan saling berhubungan. Namun karena tidak lagi serumah dan tidak bertemu setiap hari, ada saja yang menghindar untuk menyelesaikan masalah.

 Tidak saling menelepon berbulan-bulan, saling menghindar, dan bahkan pulang berkumpul dengan orang tua pun makin jarang.  Akhirnya lama-lama sibuk masing-masing dengan pekerjaannya, dengan keluarganya, dan keluarga lama pun terlupakan.

Mungkin sebenarnya ada kerinduan untuk saling bertemu, tetapi gengsi masih lebih tinggi dari rasa rindu itu. Rasa takut tidak diterima, takut tidak digubris, takut disalahkan, dan rasa takut lainnya yang membuat niat untuk pulang lagi-lagi hilang. Padahal, kita bisa minta petunjuk Tuhan mencari jalan damai untuk "pulang".

Pulang tidak selalu berarti harafiah pulang ke rumah. Namun pulang juga berarti kembali kepada kedamaian. Pulang dengan membawa Yesus, sang Damai, dalam hati masing-masing.

Yang dulu damai-damai saja tetapi kemudian berperang, tidak ada salahnya untuk berusaha mencari jalan damai dengan niat menghentikan perang dan kembali berhubungan baik.

Yang dulunya hidup damai sejahtera berkecukupan, tetapi kemudian jiwa raga selalu lelah tak jelas karena terlalu sibuk bekerja mencari uang tetapi tidak punya waktu untuk menikmatinya, mungkin bisa kembali kepada kesederhanaan yang selalu memuaskan karena selalu ada waktu untuk menikmati hidup. 

Kesederhanaan tidak sesalu identik dengan kemiskinan. Setiap orang punya bentuk kesederhanaanya masing-masing,yaitu sesuatu yang tidak berlebihan dan dapat dinikmati dengan hati sukacita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun