Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Terjebak di Tengah Lautan Manusia

1 November 2022   22:39 Diperbarui: 1 November 2022   22:59 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kerumunan Masa | Sumber: SmartShanghai.com

Dalam hal aktivitas-aktivitas gratisan yang mengundang keramaian, jika dilakukan di tempat terbuka seperti jalan umum, sebaiknya jangan dipusatkan di satu tempat saja agar orang tidak tumpah ruah di satu titik. Kalaupun terpaksa harus diadakan di satu tempat,  sebaiknya disediakan layar besar di beberapa titik, dimana penonton dapat menonton dan mengikuti acara melalui layar tersebut. Istilahnya dibuat kelompok-kelompok kecil dimana mereka tetap dapat mengikuti acara bersama-sama walaupun jauh dari panggung utama.

Perlu juga dibedakan antara jalur masuk ke area acara dengan jalur ke luar dimana orang tidak dibiarkan berkerumun di jalur-jalur tersebut. Petugas juga harus sigap, jika sudah terlalu banyak orang yang datang sebaiknya jalur masuk segera ditutup dan masa yang berkerumun dihimbau untuk tidak memaksakan diri.

Untuk kita sendiri, jika sudah melihat lautan manusia, lebih baik menghindar. Toh tidak ada gunanya juga berdesak-desakan. Tidak dapat bergerak maju, mundur, ke kiri atau ke kanan, apalagi ke atas.  Boro-boro berpesta merayakan sesuatu beramai-ramai, yang ada hanya berdesak-desakan saja. Minimal kaki terinjak-injak atau malah kecopetan.  

Terkadang memang lebih baik di rumah menonton di depan TV. Bisa nonton sambil tiduran, bisa buat kopi sendiri, beli cemilan teman menonton pun harganya pasti lebih murah ha..ha..ha.. kalau merasa kurang seru, bisa undang tetangga untuk nobar, asal jumlah orang tetap dalam batas wajar. Jika masih kurang seru, nyalakan saja rekaman orang berteriak-teriak, misal rekaman suara dari stadion bola, yang berteriak,"Goooooooooooooollllllll".

Harus diakui, manajemen kerumunan memang tidak mudah, terutama jika kerumunan terjadi di tempat umum seperti tragedi Itaewon. Apalagi jika orang-orang sudah panik. Biasanya panik itu menular. Situasi bisa tambah kacau jika semua orang panik. 

Ada baiknya dalam setiap acara, panitia memberitahukan kepada para hadirin, dan mengingatkan kembali setiap beberapa jam, mengenai letak pintu darurat atau jalur evakuasi, apa yang harus dilakukan dalam kondisi darurat, himbauan agar tidak panik jika terjadi kondisi darurat. 


Dalam kondisi darurat, pintu-pintu darurat,jalur evakuasi  dan jalur keluar mungkin bisa dibuat menyala, seperi di pesawat, agar hadirin dapat langsung mengerti bahwa itu adalah jalur keluar. Bisa juga dibuat tanda-tanda lain yang lebih cocok agar hadirin dapat langsung mengerti tanpa berpikir terlalu lama, bahwa mereka harus mengikuti arah jalur tersebut.

Petugas pun diharapkan siap dengan tugasnya jika terjadi kondisi darurat. Sebaiknya petugas-petugas yang stand by di tengah-tengah para hadirin, dipilih petugas-petugas yang cakap dan tidak mudah panik juga. Saya pernah berada di pesawat yang entah mengapa, terbangnya menjadi nyaris terbalik sehingga semua penumpang menjerit, barang-barang berjatuhan, dan pramugari yang sedang mengedarkan makanan pun sampai terjatuh. Namun demikian wajah dan sikap para pramugari itu nampak tetap tenang. Bayangkan jika pramugari pun ikut panik, mungkin penumpang akan bertambah panik dan dapat menimbulkan keadaan yang buruk.

Namun demikian jika sudah terlanjur berada dalam situasi nyaris terinjak-injak seperti kasus saya, sebaiknya jangan diam saja. Lebih baik bersuara agar orang di sekitar sadar dan berusaha menolong. Sebelum situasi memburuk, sebaiknya segera cari jalan keluar dan segera mencari tempat yang lebih lapang. (VRGultom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun