Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Budaya Ngobrol Antar Sesama Penumpang Kereta Api Jaman Baheula

7 Oktober 2022   15:11 Diperbarui: 8 Oktober 2022   10:47 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah kereta bisnis Gambir-Bandung-Gambir ketika itu. Belum ada aplikasi pembelian tiket online, tiket berdiri masih dijual, dan keretanya pun belum dilengkapi Air Conditioning (AC). Begitu lewat terowongan panjang yang gelap, semua penumpang duduk akan berdiri menutup jendela yang terbuka agar bau anyep dari terowongan tidak masuk ke dalam kereta. 

Minuman paling irit ketika itu adalah teh manis panas, yang masih disajikan di dalam gelas beling. Bukan paper cup sekali pakai seperti sekarang.

Terkadang jika terpaksa dan jika tiket duduk masih ada, saya juga membeli tiket eksekutif Argo Parahyangan. Memang beda rasa nyamannya. Ber-AC, tempat duduk lebih empuk, ada bantalnya, ada senderan kaki, dan seingat saya, ada snack box yang dibagikan gratis. Ada TV-nya pula, walau nontonnya juga gak kedengaran suaranya. 

Di sini saya belajar, kalau sudah terbiasa nyaman, ternyata ada rasa enggan untuk meninggalkannya. Karena sudah merasakan nikmatnya naik kereta eksekutif, padahal biasanya cukup yang kelas bisnis saja, maka ketika harus kembali ke kelas bisnis, rasanya menjadi kurang nyaman. Padahal sebelumya, nyaman-nyaman saja sekalipun harus lesehan dimana saja bersama penumpang lain. 

Di kemudian hari hal ini menjadi refleksi saya. Jalan hidup tidak selalu mulus, maka menjadi orang yang fleksible dalam setiap keadaan adalah suatu hal yang baik. 

Di manapun dan kapan pun, dalam kondisi apa pun harus tetap bersyukur dan menikmati segalanya. Jangan melekat pada kenikmatan dan kenyamanan karena setiap saat segala sesuatunya bisa berubah. 

Sekarang, kereta ekonomi pun sudah ada AC-nya. Cukup nyaman untuk tertidur pulas sepanjang perjalanan Bandung-Jakarta. Tiket berdiri sudah tidak dijual. Pedagang asongan pun sudah tidak diperbolehkan masuk. Waktu tempuh juga semakin berkurang. Kenyamanan ini ternyata diiringi hilangnya budaya ngobrol antar sesama penumpang. 

Ada kenangan dari kereta api jaman dulu yang bisa diingat sekarang, ada kenyamanan dari kereta api sekarang yang berbeda dengan kereta api jaman dulu. Semuanya bagus. 

Jayalah Selalu Kereta Api Indonesia.

(VRGultom)

*) Menyalin sebagian atau seluruh isi artikel dan mempublikasikannya di media lain adalah pelanggaran hak cipta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun