Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kerja Efektif Bukan Dilihat dari Waktu Kerja yang Panjang

23 November 2021   20:28 Diperbarui: 24 November 2021   15:53 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tetap bekerja lembur di luar jam kerja. Sumber: iStock/Kiwis via Kompas.com

Apa bedanya bekerja bersama dan untuk boss bule (western) dengan bekerja bersama dan untuk boss sesama orang Indonesia atau Asia?

Dari sisi budaya kerja, yang saya alami, ternyata berbeda. 

Boss bule lebih disiplin masalah waktu dan juga tahu menghargai waktu orang lain. Disiplin dalam arti waktunya kerja ya kerja, waktunya main ya main. 

Suatu hari, boss bule berkata pada saya, tentang seorang teman yang berasal dari Thailand, di mana si boss mulai khawatir dengan rekan kerja ini karena terlalu sering lembur. Menurut dia, yang diharapkan bukan itu. 

Justru mereka mengharapkan kehidupan para karyawannya seimbang antara bekerja, bersenang-senang, dan berisitirahat. Dan berhubung saat itu kami semua adalah orang asing di negeri orang lain, maka yang menjadi keluarga kami adalah teman-teman kerja juga. Jadi boss meminta saya untuk mengajak teman saya ini, yang juga wanita,  untuk sedikit bersantai. 

Bisa dimaklumi kekhawatiran si boss, karena selama saya bekerja bersama-sama dengan semua anggota team yang dia pimpin, semuanya serba teratur. Anggota team dapat memilih sendiri pekerjaan yang sudah terdaftar dan mengisi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu, di mana mereka sudah menentukan waktu standar untuk menyelesaikan suatu tugas. 

Jika kenyataannya waktu yang dibutuhkan lebih lama daripada waktu standar yang mereka tentukan, artinya ada sesuatu yang salah. Entah kitanya yang tidak tahu cara mengerjakan yang benar, belum tahu bagaimana mengerjakannya sehingga masih mencari-cari, atau mengerjakan hal lain di saat jam kerja, sementara pekerjaan utama dikerjakan "nanti" di luar jam kerja. 

Namun, bekerja dengan boss Indonesia atau Asia, rata-rata mereka 'senang' melihat karyawannya lembur. Mungkin sebenarnya bukan senang melihat karyawan lembur, tetapi karena manajemen waktu keseluruhan team kurang baik, maka mau tidak mau menjadi kejar-kejaran dengan waktu. 

Contoh, manajemen waktu dalam sebuah proyek yang tidak dihitung dengan benar. Biasanya ini berhubungan dengan orang marketing yang menjual produk. Supaya produk dapat terjual, maka mereka menjanjikan waktu implementasi yang cepat dengan harga murah. 

Nah ini kan artinya melimpahkan akibat kepada team implementasi. Akibat janji-janji manis kepada pelanggan, maka team implementasi harus kerja keras kejar-kejaran dengan waktu, bahkan ada yang sampai tidak pulang beberapa hari. 

Contoh lain, para anggota team yang kurang profesional. 

Dalam sebuah proyek biasanya kita berhubungan dengan banyak orang. Anggota team sendiri, team dari pengguna hasil kerja kita (users), team lain yang berkaitan dengan apa yang kita kerjakan. 

Masing-masing team bisa jadi berasal dari perusahaan yang berbeda-beda yang disatukan dalam sebuah proyek yang saling berhubungan. Tentu ada banyak pertemuan rutin untuk membicarakan banyak hal agar kolaborasi berjalan dengan lancar dan sukses. 

Ketika pemimpin proyek sudah membagi waktu sedemikian rupa, eh masih ada saja anggota team yang tidak menuruti. 

Datang ke kantor lebih siang, padahal sudah disepakati bahwa Internal meeting secara rutin diadakan jam 9 pagi (misalkan). Sampai di kantor malah sibuk teleponan ke sana kemari seolah politikus sibuk, dan baru mulai bekerja di malam hari. Hal-hal seperti ini tentu mempengaruhi keseluruhan team yang akhirnya berakibat kepada hasil kerja. 

Dan biasanya jika sudah begini, tidak ada lagi yang namanya jam kerja. Mau jam berapa pun harus siap ditanya mengenai pekerjaan, sekalipun itu bukan waktu kerja. 

Andai semua orang menyadari bahwa bekerja efektif bukan dilihat dari jam kerja yang panjang dan kesediaan melakukan pekerjaan di luar jam kerja, atau sekedar dihubungi di luar jam kerja, mungkin masing-masing orang akan lebih bertanggung jawab dengan perilakunya dan dengan tugas masing-masing. Ibarat mesin, jika terlalu diforsir, maka akan lebih cepat rusak. 

Apalagi manusia. Usia muda mungkin masih penuh semangat dan berenergi, Tetapi jika terlalu berlebihan, akan lebih cepat jenuh. Dan biasanya jenuhnya ini akan makan waktu lama. 

Menurut saya lebih efektif bekerja sesuai porsinya namun waktu yang ada dipergunakan semaksimal mungkin. 

Mendapat notifikasi tentang pekerjaan di luar jam kerja, sekali-sekali, dalam keadaan mendesak tidak masalah. Namun sebaiknya boss pun menghargai waktu pribadi karyawannya. 

Salah seorang bule yang pernah menjadi boss saya, dia selalu menunggu anak buahnya pulang sebelum dia sendiri pulang. Dan jika sampai jam 7 malam (dari jam pulang normal di jam 6 sore), masih ada yang belum pulang, dia akan menanyakan apakah orang itu sedang mengerjakan sesuatu pekerjaan yang belum selesai. 

Jika jawabnya tidak, misalkan dia hanya menunggu seseorang, maka si boss akan pamit pulang. Namun jika anak buahnya belum pulang karena melakukan pekerjaan kantor maka dia akan bertanya lebih lanjut, masalahnya apa dan membantu mencarikan solusi. 

Di lain waktu ketika dia membutuhkan anak buahnya untuk bekerja di hari Sabtu, yang mana adalah hari libur, maka dia akan menanyakan dulu apakah hari Sabtu sudah ada kegiatan atau belum, karena dia membutuhkan kami untuk menyelesaikan pekerjaan. Dengan begitu, kami pun segan untuk menolak. 

Selain itu penting juga untuk mengakui jika ada pekerjaan yang tidak dapat ditangani. Boss saya dulu menerapkan aturan, jika dalam 1 jam Anda tidak dapat menemukan solusi sebuah permasalahan, lebih baik segera hubungi orang yang lebih mumpuni dalam hal itu agar tidak buang-buang waktu. 

Intinya menurut saya, masing-masing pihak harus profesional, saling menghargai antara atasan dan bawahan, manajemen keseluruhan yang baik, sehingga tidak ada pihak-pihak yang pekerjaannya terlalu berat atau terlalu ringan. Maka kecil kemungkinan harus kerja lembur atau diganggu dengan notifikasi tentang pekerjaan di luar jam kerja. (VRGultom)

*) Tidak diperkenankan mempublikasikan ulang baik sebagian atau keseluruhan

*) Artikel ini hanya dibuat untuk kompasiana.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun