Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Online Tidak Seperti yang Saya Bayangkan

24 September 2020   00:22 Diperbarui: 24 September 2020   00:35 1483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: https://img2.chinadaily.com.cn/

Sebagai seorang yang bergelut dengan Teknologi Informasi, tadinya saya berpikir sekolah online yang saat ini terpaksa diterapkan pada anak-anak sekolah mulai dari TK sampai mahasiswa itu mirip-mirip kuliah online di universitas di luar negeri tetapi belajarnya bisa dimana saja. 

Ada mata kuliah yang bisa diakses kapan saja, tugas-tugas yang bisa disubmit secara online, dan tetap ada dosen yang dapat dihubungi di jam-jam tertentu atau bisa juga sesuai perjanjian yang disepakati antara dosen dan mahasiswa.

Namun ternyata tidak seperti itu. Saya membaca keluhan para orang tua yang disampaikan di media sosial, tentang kesulitan-kesulitan mereka mendampingi anak-anaknya belajar. 

Untunglah jaman sekarang rata-rata satu keluarga memiliki maksimal empat anak. Bagaimana kalau seperti orang tua saya yang punya tujuh anak dengan jarak kelahiran rata-rata satu sampai dua tahun saja? Jika semua anak masih duduk di bangku SD, semuanya mesti didampingi. Kalau SMP keatas mungkin sudah bisa dilepas.   

Yang lucunya lagi, saya membaca keluhan seorang ibu, masih kerabat saya, yang anaknya baru didaftarkan menjadi murid TK, tetapi harus sekolah online karena situasi saat ini. Ibu ini mengeluh, bagaimana caranya mendampingi anak TK sekolah online. 

Tadinya saya pikir mungkin anak TK sekarang jauh lebih maju daripada jaman saya dulu, mungkin sudah bisa membaca dan bisa main-main video di komputer. 

Dengan pemikiran itu, saya menawarkan diri, "Sudah belajar online dengan saya saja, nanti saya kasih video permainan matematika dan bahasa Inggris" Saya pikir anak TK kan belajarnya dengan cara bermain. 

Eh si ibu malah tertawa,"Gimana caranya online, lha baca aja belum bisa!". Kendala lainnya ternyata si orangtuanya juga tidak mengerti komputer, walaupun canggih facebookan J.

Mungkin bermain HP lebih populer daripada bermain komputer.

Jadi ikut bingung juga, bagaimana caranya anak TK sekolah online :D

Dilain waktu saya menelepon seorang teman dimana pada akhirnya pembicaraan berlanjut pada keluhan si teman ini tentang repotnya mendampingi anak belajar online. Dan rupanya tugas-tugas sekolah lebih banyak dikerjakan oleh ibunya. 

Selain itu ternyata tugas-tugas itu masih harus diantarkan kesekolah. Saya mulai mikir, kenapa tidak disubmit online saja? Kalaupun belum ada platform aplikasi untuk belajar online ini, tugas-tugasnya kan bisa dibuat di komputer dan dikirim lewat email. 

Atau kalau harus tulis tangan untuk meyakinkan kalau yang membuat tugas adalah si anak, kan bisa di-scan dan hasil scan-nya bisa dikirim lewat email. Ternyata lagi-lagi kendalanya adalah mereka sekolah online menggunakan HP bukan komputer, jadi susah mengetik di HP untuk mengerjakan tugas. 

Oalah, begitu rupanya. Terbayang kalau gurunya juga video call menggunakan HP yang layarnya kecil, hanya mengandalkan buku-buku cetak, dan kurang visualisasi. 

Padahal sebenarnya mereka bisa bikin video sendiri dulu tentang materi yang akan disampaikan, entah itu dengan cara "mengajar sendiri" seperti di kelas. 

Ada papan tulis tempat mereka menulis dan menerangkan, mengatur tata bahasa, intonasi, dan kecepatan berbicara, agar lebih mudah dimengerti. 

Setelah mendapat rekaman video yang pas, video itu bisa diberikan kepada murid-muridnya atau mungkin ditampikan disaluran Youtube, sehingga murid dan orang tua bisa mengulang-ulang video tersebut sampai mengerti betul. 

Sementara itu guru dapat menyediakan diri untuk menerima pertanyaan-pertanyaan terkait pengajaran di video tersebut, dan menjawab misal dengan video call langsung, catatan email, dll.

Memang prakteknya mungkin tidak semudah itu, karena guru juga punya keterbatasan waktu atau jam kerja. Sementara untuk membuat rekaman mengajar, mungkin perlu diulang-ulang demi mendapatkan video pengajaran yang bagus. Belum lagi, mungkin mereka juga masih ada yang gaptek dan perlu bantuan orang lain untuk menghasilkan video itu. 

Namun saya kira seharusnya semua itu bisa dilakukan disekolah pada jam kerja mereka. Mungkin secara bergantian agar tidak terlalu ramai semua guru melakukan rekaman pada saat bersamaan. 

Sekolah seharusnya dapat menyediakan tenaga ahli untuk merekam guru-guru tersebut mengajar seperti biasa namun tanpa murid dihadapan mereka.

Mana lebih baik, membayar tenaga tambahan untuk membantu merekam guru mengajar, atau membiarkan semua pihak kesulitan dengan segala keterbatasan mereka. 

Guru-guru yang kesulitan dengan ketiadaan komputer, HP. Atau semua alat itu mungkin ada, tetapi kurang bisa menggunakannya untuk keperluan mengajar. 

Murid-murid yang juga kesulitan karena harus belajar lewat HP dengan layar kecil, kurang leluasa bertanya pada guru, dan harus berusaha sendiri menyelesaikan tugas-tugas yang mungkin belum dimengerti. Orang tua yang merasa berat dengan biaya Internet dan waktu yang harus disediakan mendampingi anak belajar.

Atau mengapa bukan pemerintah yang memproduksi video-video pengajaran itu, toh kurikulumnya sama seluruh Indonesia. Sementara guru-guru dapat menggunakan waktunya lebih untuk diskusi. 

Diskusi online bersama murid-murid dalam arti membantu murid untuk mengerti materi yang disampaikan dalam video pengajaran tersebut, dan mendampingi murid-muridnya, walau secara online, agar tetap semangat menggapai cita-cita. 

Menurut saya, orang tua dan guru-guru tidak harus lebih canggih dan pintar daripada google si mesin pencari. Tugas orang tua dan guru adalah mendukung dan mendampingi anak-anaknya belajar, menunjukan bagaimana caranya, tetapi bukan mencarikan jawaban tugas-tugas atau malah orang tua yang mengerjakan tugas sekolah anak.

Semoga pemerintah dapat memberikan solusi yang lebih baik untuk masalah pengajaran online ini. Jaman saya dulu, ada program acara cerdas cermat, program khusus matematika. Bukankah media televisi bisa digunakan kembali untuk keperluan pendidikan. 

Jadi setidaknya bagi yang kesulitan dengan biaya Internet, dapat menggunakan media televisi untuk keperluan sekolah online ini. Dan rekamannya bisa ditayangkan menggunakan media Internet, agar bisa didownload dan diulang-ulang tanpa menggunakan kuota Internet. 

Mungkin saatnya juga bagi para tenaga ahli dibidang IT ikut turun jadi relawan untuk membasmi penyakit gaptek, jika memang kendalanya adalah karena gaptek.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun