Beberapa tahun lalu, seorang saudara yang sangat jarang bertemu tetapi masih menyempatkan diri saling bertelepon minimal setahun sekali, menyapa saya lewat telepon. Setelah berbasa-basi menanyakan kabar masing-masing pembicaraan lanjut membicarakan tentang  pekerjaan. Kebetulan bidang pekerjaan kami masih saling berkaitan meskipun berbeda. Ibarat arsitek dan interior/exterior designer, berbeda tetapi masih saling berkaitan.Â
"Sekarang kamu mengerjakan apa?", tanya saudara saya itu.
"Saya ngerjain Business Intelligence sekarang", jawab saya.
"Pekerjaan apakah itu? Memangnya bisnis apa yang perlu dimata-matai?"
Ah rupanya dia kurang update. Akhirnya saya jelaskan apa itu Business Intelligence, yang disambut dengan oooooohhhhhh yang cukup panjang.
Ayah saya yang sudah memasuki usia lansia, meski hanya tahu ilmu matematika, dan ketika itu  masih sangat nyambung kalau bertukar pikiran, juga pernah bertanya,"Apa itu Business Intelligence?". Dan saya mencoba menjelaskan. Namun karena ayah saya masih bertanya juga, maka saya mencari akal bagaimana menjelaskannya dalam bahasa awam.Â
Seperti pekerjaan paranormal itu lho, Pak. Meramal masa depan. Bedanya kalau paranormal meramal masa depan seseorang dengan berkomat-kamit melantunkan mantera sambil membaca bola kaca, maka saya meramal menggunakan data.Â
Data-data history/data dimasa lalu selama periode tertentu dan data-data hari ini dikumpulkan, dianalisa, dibentuk  polanya, kemudian ditambah beberapa logika business sebagai indikator simulasi untuk memprediksi sesuatu di masa depan atau untuk menghasilkan suatu informasi yang dapat mendukung pengambilan keputusan.Â
Jadi saya meramal berdasarkan data.Â
Dan akhirnya disambut dengan oooooooooohhhhhh yang panjang juga.
Mengapa dikatakan Business Intelligence? Karena ada analisa disitu. Data-data mentah dianalisa untuk 'melihat' sesuatu, misalkan tren penjualan motor dari data selama lima tahun, ternyata memperlihatkan angka yang selalu tinggi disekitar Hari Raya Idul Fitri dan sekitar bulan Desember dan Januari. Setelah diselidiki, ternyata rata-rata orang memiliki uang lebih diwaktu-waktu tersebut. Sebelum hari Raya Idul Fitri, mayoritas orang Indonesia mendapatkan THR sementara pada bulan Desember para pekerja mendapatkan bonus akhir tahun. Jadi kemungkinan tren itu akan berlaku juga untuk beberapa tahun kedepan. Maka distributor dan dealer motor harus mempersiapkan diri di waktu-waktu tersebut. Jadi data-data itu dipakai untuk menganalisa sesuatu dimana hasil analisanya dipakai untuk mendukung keputusan atau menentukan strategi yang tepat dimasa datang. (VRGultom)