Di sini, itu namanya long weekend biasa.
Masalahnya: Bisnis Tidak Bisa Libur Terus
Bayangkan Anda memiliki pabrik garmen yang mengandalkan target produksi harian. Mesin bisa diprogram, tapi manusia tidak bisa. Ketika cuti bersama muncul mendadak seperti iklan YouTube di tengah video meditasi, semua lini produksi berhenti.
Terpaksa. Karena kalau tidak, nanti viral: “Perusahaan XYZ Tidak Patuh Libur Nasional, Karyawan Menangis di Pabrik!”
Atau Anda punya usaha ekspedisi. Baru saja kurir Anda siap ngantar 300 paket skincare dengan target review bintang lima di platform e-commerce, eh pemerintah ngumumin: “Bersama ini ditetapkan bahwa Senin juga libur, karena Jumat sudah libur.”
Senin, bro. SENIN!
Akhirnya, yang nyampe ke customer bukan skincare, tapi breakout dan komedo.
Sektor formal seperti manufaktur, logistik, perbankan, hingga layanan publik, semua kena imbasnya. Mereka harus terus menyesuaikan operasional dengan kalender yang bisa berubah seperti status hubungan di Facebook.
Apakah Ini Buruk?
Mari kita jujur: siapa sih yang tidak suka libur?
Saya suka. Kamu suka. Menteri juga suka. Bahkan mesin fotokopi di kantor pasti suka, karena dia bisa ngadem seminggu penuh tanpa harus ngejam.