Rantau 1 Muara
Rantau 1 Muara adalah novel ke-3 dari trilogi best-seller Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Novel ini merupakan kelanjutan kisah Alif Fikri, seorang anak rantau berdarah Minang yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di salah satu universitas di Bandung.
Akhir 90-an bukanlah tahun yang mudah bagi seorang sarjana baru seperti Alif untuk mendapatkan pekerjaan ditengah gejolak reformasi dan krisis moneter yang melanda negeri. Setelah sekian banyak penolakan, akhirnya secercah harapan muncul, yaitu ketika Alif diterima menjadi wartawan di salah satu media cetak terkenal di Ibu Kota. Lika-liku kehidupan Alif di Jakarta, pertemuannya dengan belahan jiwanya, dan semangat Alif untuk terus menuntut ilmu hingga mengantarkannya terbang ke Washington D.C menjadi garis besar cerita di novel ini.
Seperti pada dua novel pendahulunya, di Rantau 1 Muara, Ahmad Fuadi juga menyisipkan mantra dahsyat, "man saara ala darbi washala" (siapa yang berjalan di jalannya akan sampai ditujuan). Inilah yang menjadi pesan utama dari novel ini, tentang pencarian muara dari sebuah pengembaraan.
9 Summers 10 Autumns
9 Summers 10 Autumns diangkat dari kisah pribadi sang penulisnya Iwan Setyawan. Novel ini menceritakan perjuangan Iwan, seroang anak laki-laki dari keluarga yang kurang berkecukupan dan tinggal di rumah kecil di kaki Gunung Panderman.
Kegigihan Iwan untuk mengubah nasibnya adalah motivasi terbesarnya dalam menuntut ilmu. Ia percaya bahwa satu-satunya jalan untuk keluar dari kemiskinan adalah dengan meraih pendidikan setinggi-tingginya. Lewat kerja kerasnya dan dukungan serta pengorbanan dari kedua orang tuanya, Iwan pun berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu universitas negeri terkemuka di Bogor. Di sinilah awal mula petualangan seorang anak yang lahir di Kota Apel dan berkarir di The Big Apple, New York.
Kutipan dari Malcolm X sangat cocok untuk menggambarkan tema utama dari novel ini, "Education is our passport to the future, for tomorrow belongs only to the people who prepare for it today,"Â pendidikan adalah paspor untuk masa depan, karena masa depan hanyalah milik orang-orang yang mempersiapkannya dari sekarang.