Beberapa waktu lalu saya membaca tulisan dosen saya yang berjudul "Tabola Bale: Dari Lirik Lokal ke Ruang Publik Nasional." Tulisan ini menarik perhatian saya karena mengangkat lagu sederhana dari Nusa Tenggara Timur yang ternyata punya makna besar.
Awalnya saya kira Tabola Bale hanya lagu biasa tentang kerinduan atau cinta. Tapi dari penjelasan dosen, saya jadi sadar kalau lagu ini menyimpan identitas budaya lokal yang kuat. Liriknya lahir dari keseharian masyarakat, namun bisa sampai ke panggung nasional bahkan dinyanyikan di Istana Merdeka saat perayaan HUT RI.
Di sini saya belajar satu hal yaitu ketika sesuatu yang lokal diangkat ke ruang nasional, ada kebanggaan yang muncul. Namun dosen saya juga mengingatkan, jangan sampai pengakuan budaya hanya berhenti di simbol. Kalau daerah asal lagu ini masih menghadapi persoalan sosial dan ekonomi, maka merayakan budaya saja belum cukup.
Tulisan ini membuka mata saya bahwa budaya bukan sekadar hiburan. Ia bisa jadi bahasa politik, simbol representasi, sekaligus pengingat bahwa negara harus hadir dengan keadilan nyata. Tabola Bale bukan hanya lagu dari Timur, tapi suara rakyat yang ingin didengar di seluruh Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI