Khairani membuka bagasi mobilnya.Â
Nafasnya tertahan saat ia memandangi sepasang mata yang menyambutnya.Â
Aaaaaaaarrghhhh!
"Sopo konn?!", teriaknya keras sambil menatap seseorang yang turun dari bagasi mobil yang selama satu jam ia kendarai. Orang itu berjalan perlahan mendekati Rani. Tatapan matanya membuat Rani ketakutan setengah mati.Â
Penjahat? Maling? Tukang begal? atau.. Perampok yang sudah merencanakan akan membuntuti Rani selama perjalanan menuju Vila untuk liburan dan siap menggasak harta bendanya?Â
Dengan mengenakan jaket hoodie hitam, celana jins yang robek di sana sini, laki-laki itu sebenarnya terlalu keren untuk disebut rampok atau semacamnya. Apalagi ia memiliki paras yang masuk dalam kriteria ganteng menurut Rani. Hidung tinggi, mata coklat, alis lebat dan bibir tipis. Namun semua itu juga tidak merubah ketakutan Rani hingga ia mundur perlahan sambil mengamati sekitarnya untuk bersiap lari atau mendapatkan benda untuk menghajar laki-laki yang semakin mendekat itu.
"Heh! Sopo kon?! Kate lapo?!", teriak Rani lagi sambil mulai berkeringat menyadari tidak ada seorangpun disekitarnya. Apalagi matahari sudah terbenam dan hampir gelap. Laki-laki berkulit pucat itu hanya diam. Seperti mayat hidup yang terus menatapnya dan mendekatinya lalu siap menerkamnya kapan saja.Â
Rani kesal karena tidak mendapati ponselnya disaku jaketnya. Tiba-tiba laki-laki didepannya tertawa. Rani semakin kaget dan semakin ketakutan.Â
"Wong gendeng yo kon?!!", teriak Rani sambil mulai memasang kuda-kuda bersiap meninju jika laki-laki itu menyerangnya. Namun tawa laki-laki itu semakin keras sambil sesekali menyentuh rambutnya yang acak-acakan.Â
"Wis Ran.. Wiss buyar!"
Rani terkaget mendengar laki-laki itu mengenalinya. Matanya melotot memandangi wajah laki-laki itu, berharap ia mengingat seseorang atau sesuatu.