Penindasan terhadap umat Islam di Gaza sudah berlangsung lama. Kematian akibat kelaparan telah meningkat dan mengakibatkan dampak yang sangat buruk terhadap kelangsungan hidup perempuan, para lanjut usia, dan juga anak-anak termasuk bayi yang sangat membutuhkan makanan pada masa pertumbuhan mereka.
Ketersediaan bahan makanan makin hari makin menipis, yang tersedia hanyalah pasta dan nasi. Itupun jumlahnya sangat sedikit, tidak bisa mencukupi meski hanya untuk setengah penduduk Gaza.Â
Program Pangan Dunia (World Food Program/WFP) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada hari Jumat (25/4) mengatakan bahwa pihaknya telah kehabisan stok makanan di Jalur Gaza karena perlintasan perbatasan masih ditutup. Menurut organisasi tersebut, dapur umum kini telah menjadi satu-satunya sumber bantuan makanan yang konsisten bagi orang-orang di Gaza selama berpekan-pekan, meskipun hanya mampu menjangkau separuh populasi dengan hanya 25% dari kebutuhan makanan sehari-hari (antaranews, 26-04-2025).
Kegagalan Internasional Melindungi Umat Manusia
Bencana kelaparan dan malnutrisi yang terjadi pada penduduk Gaza yang menyebabkan kematian terus meningkat sesungguhnya merupakan kegagalan dunia dan lembaga internasional melindungi umat manusia. Kita harus mempertanyakan terkait keseriusan WHO atau UNICEF dan lembaga internasional lainnya dalam mengatasi kelaparan di sana.
Tentunya kita pesimis dengan upaya yang dilakukan oleh lembaga international dalam melindungi warga Gaza. Alih-alih mereka hendak menyelamatkan warga, terutama anak-anak Gaza, mereka hanya menyampaikan data dan kondisi terkini, tetapi tidak bisa memberikan solusi yang berarti. Jika memang lembaga internasional dibuat untuk melindungi umat manusia, sudah pasti sejak awal mereka akan bersikap tegas pada entitas Zion*s laknatullah dengan mengadili dan memberi sanksi di Mahkamah Internasional/ International Court of Justice (ICJ). Namun, pada faktanya hukuman itu tidak dilakukan akibat kepentingan politik, yang berkaitan juga dengan perang ideologi.
Sikap para Penguasa Muslim
Sikap yang ditunjukkan dunia Islam tidak jauh berbeda dari lembaga internasional. Para pemimpin negeri-negeri muslim yang sebenarnya memiliki tentara-tentara yang mumpuni, faktanya hanya diam dan mencukupkan dengan kecaman atas genosida yang dilakukan Zion*s di bumi Palestina.Â
Mirisnya, pemimpin-pemimpin negeri muslim hanya beretorika agar umat Islam bersatu. Namun, mereka menyetujui solusi dua negara kepada "perampok" Tanah Palestina yang artinya membiarkan penjajah terjadi. Terlebih, solusi dua negara ini lahir dari Barat, pengusung ideologi kapitalisme yang rusak dan merusak.Â
Tentu kita tidak habis pikir dengan sikap yang ditunjukkan oleh para penguasa muslimn ini. Mengingat begitu jelas bencana kemanusiaan yang dihadapi penduduk Gaza, tetapi mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Hal ini terjadi karena para penguasa ini takut kehilangan kekuasaan mereka. Mau tidak mau mereka harus mengikuti arahan AS agar tidak kehilangan kekuasaan.
Penduduk Gaza telah didzolimi habis-habisan dengan perang oleh Zion*s. Kini, ditambah lagi dengan ketakpedulian para penguasa muslim dengan menutup pintu akses atas pasokan medis dan makanan sepenuhnya dikendalikan oleh musuh-musuh umat beriman, baik yang bekerja sama secara internal maupun eksternal dalam bentuk para pemimpin muslim.