Novita Fitri Yuliani
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia -- Semester 3
A. Sistem Kepemimpinan Adat di Rokan Hulu
Kepemimpinan adat dalam masyarakat Melayu di Rokan Hulu memiliki struktur yang unik dan sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal. Pemimpin adat yang dikenal sebagai Ninik Mamak atau Datuk dipilih dan diangkat melalui sebuah proses yang disebut Penabalan. Proses ini bukan hanya sekadar seremoni formal, tetapi juga mengandung makna yang dalam tentang legitimasi sosial dan penghormatan terhadap norma adat. Penabalan biasanya dilakukan secara adat dan dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat serta anggota keluarga besar, yang menunjukkan bahwa seorang pemimpin adat harus mendapatkan pengakuan dan kepercayaan dari komunitasnya (Suharto, 2020).
Dalam perannya, Ninik Mamak tidak hanya bertugas sebagai pemimpin simbolik atau seremonial, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial yang besar, terutama dalam menjaga ketertiban dan menyelesaikan konflik di tengah masyarakat. Misalnya, dalam kasus sengketa tanah atau perselisihan keluarga, Ninik Mamak berperan sebagai mediator yang mengupayakan penyelesaian melalui musyawarah, sehingga keputusan yang diambil bisa diterima oleh semua pihak (Halim, 2019). Dengan demikian, kepemimpinan adat menjadi salah satu elemen penting dalam menjaga keharmonisan sosial di tengah masyarakat Melayu Rokan Hulu.
Struktur kepemimpinan adat ini juga tidak terlepas dari sistem kekerabatan yang berlaku. Masyarakat Melayu di Rokan Hulu menerapkan sistem kekerabatan matrilineal maupun patrilineal, tergantung dari suku atau kelompok adatnya. Dalam sistem matrilineal, misalnya, warisan gelar adat bisa diteruskan melalui garis keturunan ibu, yang berarti perempuan memiliki posisi penting dalam struktur sosial dan bahkan bisa berperan dalam proses penentuan pemimpin adat (Putri, 2021). Hal ini memperlihatkan bahwa budaya lokal telah memberikan ruang bagi perempuan untuk terlibat dalam aspek politik dan sosial sejak lama.
B. Perekonomian dan Mata Pencarian Masyarakat
Mayoritas masyarakat Melayu di Rokan Hulu menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan perkebunan. Aktivitas seperti menanam padi, kelapa, karet, dan kelapa sawit menjadi mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk. Data dari BPS Rokan Hulu tahun 2022 menunjukkan bahwa sekitar 60% penduduk bekerja di sektor pertanian, menjadikannya sebagai tulang punggung perekonomian daerah. Hasil pertanian ini bukan hanya untuk kebutuhan sehari-hari, tapi juga menjadi sumber utama pendapatan keluarga.
Selain itu, sektor perikanan juga memegang peran penting, terutama di wilayah-wilayah yang memiliki akses ke perairan. Baik perikanan air tawar maupun laut mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi lokal. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah telah berupaya mengembangkan sektor ini dengan memberikan pelatihan dan bantuan peralatan tangkap modern, yang berdampak pada meningkatnya hasil tangkapan nelayan (Dinas Perikanan Rokan Hulu, 2023).
Di luar sektor primer, masyarakat Rokan Hulu juga mulai merambah ke bidang industri, terutama pengolahan hasil alam seperti kayu, karet, dan kelapa sawit. Industri pengolahan kayu, misalnya, telah berkembang cukup pesat dan menciptakan lapangan kerja baru. Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Rokan Hulu (2023), sektor ini telah menyerap lebih dari 3.000 tenaga kerja lokal, yang tentu saja berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi masyarakat sekitar.
Tak sedikit pula masyarakat yang bekerja di sektor formal, seperti perusahaan swasta atau instansi pemerintah. Sekitar 20% dari total angkatan kerja di Rokan Hulu terlibat dalam sektor ini, yang memberikan pendapatan lebih stabil dan akses terhadap fasilitas sosial yang lebih baik (BPS, 2022). Keberagaman mata pencaharian ini memberikan harapan akan peningkatan taraf hidup dan pengurangan ketergantungan terhadap satu sektor saja.
Kesimpulan