Mohon tunggu...
Visca
Visca Mohon Tunggu... Penulis - Lulusan arsitektur Universitas Indonesia, yang walaupun sudah tak berprofesi arsitek, tetap selalu suka menikmati segala bentuk arsitektur. Pernah tinggal di Maroko, Belanda, Thailand, dan tentunya Indonesia.

Traveler. Baker. Crafter.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penamaan Makanan Ternyata Mencerminkan Karakter

20 Maret 2020   12:58 Diperbarui: 20 Maret 2020   19:34 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oliebollen |Sumber: 123RF

Mereka mempunyai istilah “bespreekbaarheid” yang bila diterjemahkan secara bebas dapat diartikan: “segala sesuatu dapat dan harus dibicarakan, tiada hal yang tabu untuk dibahas.”

Keterusterangan ini terkadang membuat banyak orang tidak nyaman dan cenderung menganggap orang Belanda kasar. 

Sebagai contoh: bila seseorang ditanya pendapat oleh orang yang habis potong rambut, umumnya yang ditanya akan menjawab dengan “wah, kelihatan lebih muda” atau “cocok potongan rambutnya” atau jawaban lain yang menyenangkan. 

Nah bila orang Belanda yang ditanya, siap-siap mendengar jawaban mereka yang terus terang bila menurut mereka potongan rambut baru tersebut tidak bagus.

Contoh lain, terkadang ibu-ibu perlu menitipkan anaknya ke temannya bila ada keperluan mendesak. Di berbagai tempat, umumnya walaupun sedang repot, teman yang diminta biasanya akan mengiyakan. 

Berbeda dengan orang Belanda, yang bisa menolak bila mereka memang tidak bisa atau tidak mau. Salah satu teman saya, pernah diminta pergi saat bertamu ke tetangganya, karena tetangganya sudah mau menyiapkan makan malam. Suatu hal yang rasanya sulit ditemui di Indonesia.

Mengapa orang Belanda sangat terus terang? Ada yang menghubungkannya dengan Calvinisme. Apa itu Calvinisme? Calvinisme adalah salah satu cabang dalam Agama Kristen Protestan, yang diajarkan oleh John Calvin

Calvinisme tiba di Belanda pada sekitar tahun 1540an. Banyak orang Belanda yang mengubah agamanya dari Katolik menjadi Calvinisme. Termasuk Willem van Oranje, pendiri The Royal House of Orange, dinasti yang memerintah Belanda hingga saat ini. 

Belanda pada saat itu dijajah oleh Bangsa Spanyol, yang mayoritas beragama Katolik. Sehingga perang melawan Spanyol (dikenal dengan nama "perang 80 tahun") yang dipimpin oleh Willem van Oranje, menjadi perang yang tak hanya berlatar belakang politik, tetapi juga berhubungan dengan agama. Antara Calvinisme dan Katolik. 

Pada saat itu banyak pengikut Calvinisme yang ditindas oleh Spanyol, sehingga orang Belanda mengasosiasikan penindasan Bangsa Spanyol dengan agama Katolik. Calvinisme tertanam erat di Belanda. 

Salah satu ajaran Calvinisme adalah memerintahkan setiap individu untuk bertanggung jawab terhadap moral melalui instrospeksi, kejujuran total, kewaspadaan, penolakan kesenangan dan kenikmatan kekayaan (sumber: Intercultural.nl, Artikel “Dutch business culture and etiquette; egalitarian, individualistic, direct”)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun