Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Bu Risma Tak Bermaksud" Menampar" Jokowi!

21 Maret 2014   17:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13953719742015213979

[caption id="attachment_299953" align="aligncenter" width="648" caption="Bu Risma menolak menggantikan Jokowi dan Jokowi menerima tawaran Bu Mega menjadi cepres 2014.  Haruskah Jokowi belajar pada Bu Risma? Foto: merdeka.com"][/caption]

Efek Jokowi masih terus terasa sampai hari ini, mungkin terus sampai Pilpres 9 Juli 2014 mendatang, sampai diketahui siapa yang akan menjadi orang nomor satu di Indonesia atau menjadi RI1. Selama masih musim kampanye  Pileg dan Pilpres nanti,  efek Jokowi terus akan berlangsung. Terlepas Jokowi itu banyak yang dukung atau banyak membuatnya tersandung, itu persoalan lain.

Namun yang menarik tentang Jokowi adalah setelah Jokowi dengan dengan terbuka, yang selama ini ditutup-tutupi atau dirahasiakan, dengan kata-katanya yang hampir "klise", "ga mikir-gak mikir(capres)" ahirnya terjawab sudah pada tanggal 14 Maret 2014 lalu.

Dan efek Jokowi ternyata benar-benar merambat ke mana-mana, misalnya: Ahok sudah senyam-senyum aja, karena sebagian cita-cita tercapai, ingin menjadi pejabat, dan jabatannya sekarang tak tanggung-tanggung, boleh dibilang orang nomor 4 di Indonesia. Nomor 1, Presiden; 2 nomor, Wapres; nomor3, Gubernur DKI dan nomor4 Wakil Gubernur DKI. Diakui atau tidak, untuk ukuran Ahok, yang datang jauh-jauh dari pulau terpenci, di ujung Selatan Sumatera, Bangka Belitung, prestasi yang luar biasa baginya. Makanya Jokowi jadi capres atau tetap jadi Gubernur, Ahok tetap asik, dua-duanya aman bagi Ahok.

Jokowi,misalnya, meninggalkan kursi Gubernur, Ahok langsung naik jabatannya, menggantikan posisi Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta, makin senang aja Ahok, dan itu bagi Ahok tak perlu ditutup-tutupi, karena bagi Ahok yang namanya politisi,  ya memang harus mempunyai cita-cita atau keinginan mencapai puncak prestasi setinggi-tingginya, yaitu Presiden. Makanya jabatan Ahok yang sekarang, itu dinikmati betul, apa lagi ditabungannya sudah bertambah, berkali-kali lipat dibanding ketika menjadi Bupati Bangka Belitung!

Jadi siapa yang anggantikan Ahok, kalau Ahok juga "dipinang" menjadi cawapres? Wah itu masalah baru lagi, Efek Jokowi saja belum selesai, mengapa? Mari kita lihat berita dari tempo.co.id berikut ini:

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak menggantikan Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta. "Enggaklah, mereka (warga Surabaya) yang milih aku, bukan orang DKI, aku harus penuhi janji," ujarnya, Rabu malam, 19 Maret 2014.

Risma mengatakan tak akan meninggalkan Surabaya sebelum masa jabatannya habis, meskipun, misalnya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sendiri yang meminta. "Enggak bisa. Itu amanah warga Surabaya, mesti tak pegang, enggak bisa aku main-mainin mereka."

Meski begitu, dia tak membantah sempat cuti untuk menjadi juru kampanye PDI Perjuangan. "Itu cuma satu hari kemarin, aku cuti. Kalau enggak cuti ya disemprit aku," ucapnya.

Nama Risma sempat disebut-sebut sebagai sosok potensial pengganti Jokowi. Selain Risma, Ganjar Pranowo juga sempat disinggung, namun dia menolak karena lebih memilih tetap menjadi Gubernur Jawa Tengah.

Demikian yang diberitakan oleh tempo.co.id. Jadi mereka, bu Risma  yang sekarang menjadi Wali Kota Surabaya dan  Ganjar Pranowo yang sekarang menjadi Gubernur Jawa Tengah, tak mau menggantikan Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta! Coba itu, ini benar-benar contoh pemimpin-pemimpin yang  tak haus kekuasaan! Sementara yang lainnya pada"ngiler" untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta, nah mereka, bu Risma dan Ganjar Pranowo, tak mau, mereka menolak!

Ini luar biasa, mengapa? Bayangkan untuk menjadi calon Gubernur saja orang rela mengeluarkan harta ratusan milyar, dan itu pun belum tentu menang! Loh ini ibaratnya dikasih" gratis", tuh ganti Jokowi jadi Gubernur DKI Jakarta atau menjadi Wakil Gubernur menggantikan Ahok, bila Ahok naik menjadi Gubernur, bu Risma tak mau! Apa yang dibilang bu Risma: "Yang milih aku itu masyarakat Surabaya, bukan masyarakat Jakarta! Amanah itu di Surabaya bukan di Jakarta. Ini benar-benar "menampar" muka Jokowi, walaupun ini bukan maksud bu Risma!

Jadi kalau ditempatkan dalam posisi Jokowi, amanah Jokowi itu sekarang di Jakarta dulu, bukan untuk Indonesia, selesaikan amanah itu di Jakarta dulu, baru kalau sudah selesai, 2017, bolehlah meninggalkan Jakarta!

Tapi itu(2017  dan Pilpres 2019) kelamaan bagi para pendukungnya, dan mereka takut kehilangan moment, karena Jokowi itu sedang bersinar sekarang, belum tentu di pilpres 2019, mungkin begitu pikiran para pendukungnya. Lagi pula yang menjadi capres sekarang ini, bukan yang mereka harapkan, sebelum Jokowi mencapreskan diri,  ada capres-capres yang maju, yang "ngebet" menjadi RI1, punya masa lalu yang "buram".

Mengapa Jokowi jadi sasaran "tembak"? Karena Jokowi yang dituduhkan lawan-lawannya  "telah mengkhianati masyakat Jakarta yang telah memilihnya menjadi Gubernur DKI Jakarta selama satu kali masa jabatan, 15 Oktober 2012 - 15 Oktober 2017"

Nah sekarang baru bulan Maret tahun 2014, jadi Jokowi baru menduduki 1,5 tahun menjadi Gubernur dan sudah mendeklarasikan diri menjadi capres 2014, dan kalau terpilih, paling tidak dilantiknya nanti sekitar 20 Oktober 2014, tepat dua tahun Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta. Jadi hitung-hitungan politiknya Jokowi punya hutang 3 tahun pada rakyat Jakarta yang memilihnya menjadi Gubernur, mampukah Jokowi membalasnya?

Padahal yang namanya hutang harus dibayar, bila tidak akan terbawa sampai mati, dan jika ahli warisnya tak mampu membayarnya, maka Jokowi tetap "terkatung-terkatung" amal baiknya, itu kalau hutang uang atau harta benda.  Nah repotkan!

Kalau Jokowi misalnya menang, dan menjadi orang nomor satu di Indonesia, lalu mampu "melunasi" hutangnya pada rakyat DKI Jakarta, dengan mempercepat  segala macan kebijakan tentang Jakarta, karena konon masalah Jakarta itu "kuncinya" di  pemerintah pusat,  walau ketika menjadi presiden nanti, itupun kalau  menang, bukan hanya Jakarta yang dipikirkan tapi seluruh Indonesia, mampukah Jokowi membayar "hutangnya" yang 3 tahun, sisa masa jabatan menjadi Gubernur Jakarta, tersebut? Rasanya sulit, tapi bukan mustahil!

Maka sudah Saya duga, dan sudah Saya tulis pada artikel-artikel sebelumnya,  Jokowi akan menjadi musuh bersama, karena sudah mencapreskan diri! Bahkan Jokowi dianggap serakah, urusan DKI belum tuntas sudah mengincar jabatan yang lebih tinggi! Dan kalau belajar dari Bu Risma, mestinya Jokowi menolak permintaan Megawati, berani berkata "tidak" pada Megawati, walaupun Megawati itu "Godmother" bagi Jokowi! Bu Risma berani menolak Megawati, mengapa Jokowi tidak berani?

Tapi memang masalah bagi Jokowi adalah, begitu banyak harapan rakyat Indonesia! Itu dibuktikan dengan berbagai survey yang selalu menempatkan Jokowi di nomor satu, mengalahkan capres-capres lain, termasuk "Godmother"nya sendiri!

Jadi Jokowi menerima dicapreskan karena banyak harapan padanya, tapi mengecewakan banyak rakyat Jakarta! Makanya Jokowi terharu, bukan tertawa senang ketika mencapreskan diri.  Ini yang disebut efek Jokowi atau ini gara-gara Jokowi. Perpolitikan di Indonesia menjadi "riuh", ramai, dan terus menerus menjadi perbincangan yang menarik untuk dikaj, dari tingkat warung kopi sampai ke istana  Presiden!

Kalau misalnya Jokowi tak mencapreskan diri, wah lebih banyak yang protes lagi, bahkan sudah banyak yang terang-terangan akan golput, bila Jokowi tak menjadi capres. Ini juga efek berikutnya dari Jokowi, jadi dengan Jokowi mencapreskan diri, paling tidak yang tadinya berniat golput, batal, dan mau berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara, nah ini efek positifnya dari Jokowi mencapreskan diri, perkara menang atau kalah, itu persoalan lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun