Mohon tunggu...
Vira Assyfa
Vira Assyfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengapa Berpikir Keras Itu Melelahkan?

29 November 2022   07:51 Diperbarui: 29 November 2022   10:47 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tubuh manusia didesain untuk memiliki kemampuan homeostasis, yang berarti sebuah usaha dari tubuh untuk mempertahankan kondisinya dalam keseimbangan.  Tidak jarang, ketika kita menghabiskan seharian penuh untuk belajar di kelas kita akan merasa kelelahan setelahnya dan seringnya hal itu dianggap sebuah kemalasan lalu disepelekan karena dirasa tidak produktif. Padahal rasa kelelahan itu adalah sinyal dari otak kalau kita mengalami mental fatigue, posisi ketika pikiran kita melemah yang membuat kita sulit untuk melakukan aktivitas berfikir yang lebih kompleks serta sulit untuk membuat keputusan yang penting. 

Menurut penelitian dalam jurnal Current Biology, aktivitas kognitif atau aktivitas mental yang berkepanjangan dan intens dapat memicu produksi senyawa sampingan asam amino yang disebut glutamat menumpuk di otak kita. Senyawa tersebut diproduksi di bagian otak depan, bagian otak tersebut bertanggung jawab dalam  fleksibilitas kognitif, perhatian, pengambilan keputusan dan kontrol impuls. Senyawa samping ini diproduksi sebagai hasil dari kita berpikir dan mulai diproduksi pada saat satu jam pertama kita melakukan kegiatan yang membutuhkan aktivitas berpikir dengan intens. Setelah kurang lebih lima jam melakukan kegiatan tersebut kita akan lebih sering membuat kesalahan dalam melakukan aktivitas kognitif seperti menghitung dan menganalisis. Namun, perlu diingat bahwa jumlah produksi senyawa sampingan glutamat hingga menyebabkan mental fatigue dalam setiap orang dapat berbeda. 

Semakin keras kita berpikir maka akan semakin tinggi kadar senyawa sampingan glutamat kita. Dampak dari hal tersebut adalah kita akan lebih sulit menggunakan bagian otak bagian depan sehingga kita cenderung membuat pilihan yang lebih impulsif daripada strategis. Sehingga penting bagi kita untuk tidak kelelahan saat membuat keputusan penting atau mengejar deadline tugas.Solusi terbaik yang dapat diterapkan dalam mengatasi mental fatigue adalah istirahat dan tidur yang cukup yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh kita.

Referensi

Holcombe, Madeline. 2022. You Body May Be Pushing You To Make Worse Choices After A Day Of Hard Thinking, Study Finds [online]. https://edition.cnn.com/2022/08/11/health/cognitive-fatigue-study-wellness/index.html. (diakses pada tanggal 28 November 2022)

Ravisetti, Monisha. 2022. Scientists Explain Why Our Brains Feel Tired After Thinking Really Hard [online]. https://www.cnet.com/science/biology/scientists-explain-why-our-brains-feel-tired-after-thinking-really-hard/. (diakses pada tanggal 28 November 2022)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun