Setiap kali seorang Paus meninggal dunia atau mengundurkan diri, mata dunia tertuju ke balik tembok Vatikan, tempat di mana para kardinal berkumpul dalam sebuah proses yang disebut konklaf. Bagi banyak orang, konklaf adalah peristiwa yang penuh rahasia, dikelilingi oleh tradisi, protokol ketat, dan simbol-simbol kuno. Namun bagi Gereja Katolik, konklaf bukan sekadar proses administratif untuk memilih pemimpin baru. Ia adalah misteri suci, suatu peristiwa rohani yang menyingkapkan kelanjutan karya Kristus dalam Gereja-Nya.
Doa dan Pemilihan: Jejak Yesus di Konklaf
Dalam Injil Lukas 6:12-13, kita membaca bahwa sebelum memilih dua belas Rasul, Yesus "pergi ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang." Perikop ini menjadi kunci spiritual yang menyinari misteri konklaf.Â
Pemilihan para Rasul diawali bukan dengan diskusi atau kalkulasi, tetapi dengan doa yang mendalam. Begitu pula dengan konklaf: para kardinal tidak sekadar memilih; mereka terlebih dahulu bersatu dalam doa, menyerahkan kehendak mereka kepada Roh Kudus.
Konklaf dilangsungkan dalam suasana penuh keheningan dan keterasingan dari dunia luar. Ini bukan sekadar prosedur teknis, melainkan pengosongan diri agar para pemilih dapat mendengarkan bisikan Roh. Dalam setiap pemilihan, para kardinal menyerahkan kehendak mereka kepada kehendak Allah.
Misteri yang Terus Dihidupi
Konklaf adalah bagian dari hidup sakramental Gereja. Ia tidak berdiri sendiri, melainkan terhubung erat dengan peristiwa Pentakosta, di mana para Rasul berkumpul dalam doa menantikan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:14; 2:1-4). Dalam konklaf, para kardinal pun berkumpul menantikan terang yang sama untuk membimbing pilihan mereka. Dengan demikian, konklaf bukanlah momen terputus dari sejarah, melainkan kelanjutan dari hidup rohani Gereja yang lahir dari doa, penyerahan diri, dan keterbukaan kepada kehendak ilahi.
Misteri yang tersembunyi dalam peristiwa ini adalah bahwa Gereja percaya Roh Kudus sungguh bekerja, bukan dalam cara yang magis atau memaksa, tetapi melalui kebebasan manusia yang terbuka bagi rahmat. Dalam sejarah Gereja, ada Paus-Paus yang dipilih dan menjadi kudus, ada pula yang kontroversial. Namun misteri iman terletak pada keyakinan bahwa Allah tetap menuntun umat-Nya bahkan melalui kelemahan manusia.
Menjadi Bagian dari Konklaf dalam Hidup Sehari-hari
Sebagai umat beriman, kita pun diajak untuk "menghidupi konklaf" dalam keseharian: dengan menempatkan doa sebagai dasar setiap keputusan, mendengarkan kehendak Allah sebelum bertindak, dan membuka hati kepada Roh Kudus dalam kebebasan dan kerendahan hati. Misteri konklaf bukan hanya untuk para kardinal di Kapel Sistina, tetapi menjadi undangan bagi setiap orang beriman untuk menjalani hidup sebagai peziarahan rohani yang terus-menerus menimbang dan memilih dalam terang iman.Â